Setujui KLB, Eks Wasekjen Demokrat: Justru Selamatkan Partai, Bukan Singkirkan Keluarga Cikeas
Eks Wasejken Demokrat Muhammad Darmizal setujui KLB dengan alasan bisa menyelamatkan partai mencapai kejayaan kembali.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Kemudian, pengaduan para kader itu langsung dibuatkan berita acara oleh AHY.
"Tapi kemudian ketahuan, karena pulangnya langsung menghubungi Ketum dan semua kesaksian mereka diberita acarakan."
"Tidak ada angin tidak ada hujan, yang begini tidak bisa ya dibiarkan," kata Andi.
Andi menuturkan, aksi yang dilakukan oleh Moeldoko tidak bisa dibiarkan.
Terlebih, praktik-praktik tersebut seperti peninggalan politik masa lalu yang telah dikubur dalam-dalam.
"Ini tidak bisa dibiarkan karena ini praktik-praktik gaya lama, secara orde baru itu adalah sejarah pengambilalihan."
Baca juga: Popularitas Demokrat dan AHY Melejit, PDIP: Isu Kudeta Mungkin Terinspirasi Popularitas Drakor
Baca juga: Bantah Tudingan, Demokrat: AHY Libatkan DPD dan DPC Tentukan Calon Kepala Daerah di Pilkada 2020
"Atau intervensi kepada partai-partai politik orang lain untuk kepentingan kekuasaan dan uang," terang Andi.
Terkait bantahan Moeldoko, mantan Jubir Presiden SBY ini mengaku heran.
Lantaran alasan Moeldoko yang menyebut hanya 'ngopi biasa' saat bertemu dengan kader Partai Demokrat dinilai tidak masuk akal.
"Ngopi-ngopi kok di kamar hotel, kalau soal urusan bencana mestinya di kantor beliau secara resmi. Ini di kamar hotel sembunyi-sembunyi."
"Kalau orang ngopi-ngopi dengan teman akrab, itu baru bisa dipahami. Tapi kalau ngopi dengan orang yang tidak dikenal apanya yang ngopi-ngopi, kan Ini offside."
"Bukan hanya offside tapi kartu merah. Ini kartu merah kalau sepakbola, harus out (keluar)," tegas Andi.
(Tribunnews.com/Maliana/Eko Sutriyanto)