Ketua MPR Bamsoet dan Obsesi Mobil Listrik (2-Habis): dari Jakarta ke Bali Hanya Perlu Rp 250 Ribu
Keuntungan lain menggunakan mobil listrik, PLN akan memberi diskon 30 persen untuk keperluan charge baterai.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Dewi Agustina
KETUA MPR yang juga Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI), Bambang Soesatyo, tengah gencar mempromosikan kendaraan listrik.
Sehari-hari, pria yang akrab disapa Bamsoet itu memilih mobil listrik Hyundai Ioniq sebagai alat transportasi.
Bamsoet mengajak Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra untuk berkeliling kawasan Menteng, Jakarta Pusat, naik mobil kesayangannya tersebut.
Bamsoet asyik bercerita mengenai apa saja keuntungan menggunakan mobil listrik, satu di antaranya pengeluaran sangat jauh lebih irit.
Menggunakan mobil listrik tidak perlu antre untuk isi bahan bakar minyak (BBM), tidak perlu servis dan ganti oli.
Tak pelak, selain mobil Hyundai Ioniq, Bamsoet juga memiliki mobil Tesla buatan Amerika Serikat (AS).
"Saya sudah empat tahun pakai mobil listrik. Sampai sekarang tidak banyak keluar uang untuk urusan mobil," ujar Bamsoet dalam wawancara eksklusif dengan Tribun Network, Minggu (21/2/2021).
Selain hemat secara pribadi, menurut Bamsoet, mobil listrik juga dapat menghemat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang selama ini banyak tersedot untuk subsidi BBM.
"Jumlah kendaraan itu sekarang hampir 168 juta. Mobil ada sekira 80 juta. Kalau setiap hari perlu 1 liter saja berarti sudah 168 juta liter," katanya.
Kader Partai Golkar itu menyebut beberapa negara Eropa, seperti Jerman dan Polandia, mulai melarang warga negaranya melawati jalan-jalan tertentu ketika menggunakan mobil konvensional.
Apa keuntungan lain mempunyai mobil listrik? Menurut Ketua MPR yang juga Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo, PLN akan memberi diskon 30 persen untuk keperluan charge baterai.
"Setelah lapor PLN kita dikasih alat untuk diskon 30 persen. Dicolok di atas pukul 22.00, PLN langsung potongan 30 persen."
"Pakai mobil Hyundai Ioniq ke Bali hanya keluar duit Rp 250 ribu, sedang pakai mobil konvensional perlu BBM Rp 2,5 juta," kata Bamsoet, panggilan akrab Bambang Soesatyo, dalam wawancara eksklusif dengan Tribun Network, di Jakarta, Minggu (21/2/2021).
Baca juga: Ketua MPR Bamsoet dan Obsesi Mobil Listrik (1): Tak Perlu Pusing Ganti Oli dan Tune Up Mesin
Baca juga: Bamsoet Kukuhkan Pengurus PERIKSHA Periode 2021-2025
Berikut lanjutan petikan wawancara dengan mantan Ketua DPR tersebut:
Apa yang perlu disiapkan pemerintah terkait mobil listrik?
Pemerintah sudah memberikan dorongan luar biasa. Misal sudah ada perda kalau naik mobil listrik gratis, ganjil-genap bebas, PLN diskon 30 persen. Kita ke mana-mana bawa colokan sendiri, kecuali ada teknologi canggih 1 menit penuh.
Negara mana yang bisa jadi role model atau contoh regulasi mobil listrik?
Beberapa negara Eropa, pada 2030 nanti sudah melarang warga negaranya melewati jalan-jalan tertentu menggunakan mobil konvensional.
Jadi sudah tertutup, terutama di jalan-jalan utamanya. Seperti di Jerman, kemudian Polandia, itu sudah mulai menerapkan larangan mobil konvensional masuk ke jalan protokolnya. Itu sudah mulai ke arah sana.
Indonesia kapan sekiranya bisa menerapkan seperti itu?
Justru tugas kita bagaimana meyakinkan masyarakat bermigrasi ke kendaraan listrik. Ini menjadi suatu keharusan untuk segera dilakukan demi kepentingan kita sendiri. Penghematan rumah tangga, anggaran negara. Termasuk mengurangi pencemaran udara.
Menurut saya target kita 10 tahun mendatang sudah bermigrasi ke listrik. Kalau tidak kita tertinggal dengan negara-negara lain.
Bagaimana dari segi harga dibanding mobil konvensional?
Sekarang sudah mulai murah. Sudah banyak perusahaan-perusahaan otomatif raksasa mulai produksi. Kecuali Jepang mungkin karena stok (kendaraan konvensional) masih banyak. Memang harga mobil listrik Tesla masih tinggi.
Di Indonesia harga Tesla paling murah Rp 1,6 miliar. Ini Hyundai Ioniq Rp 640an juta. Daripada beli kendaraan konvensional mending pakai ini.
Demikian juga motor. Kemarin-kemarin harganya masih Rp 20 juta.
Nah saya bersama teman-teman membangun motor listrik menggunakan komponen dominan dalam negeri sekira 70-80 persen, harga jual di bawah Rp 10 juta. Namannya Bike Smart Electric.
Mudah-mudahan ini bisa membantu warga kita yang ngojek online berganti dengan motor listrik, sehingga pendapatannya lebih banyak.
IMI ada rencana bikin even besar terkait kendaraan listrik?
Ada. Kami berencana membuat kejurnas motor listrik. Kemudian kami mendukung DKI kerjasama dengan IMI terkait kampanye Formula Electric (E-Formula) percepatan migrasi BBM ke listrik. Even-even itu akan berlangsung pada 2022.
Apa mungkin Indonesia membuat mobil listrik sendiri?
Sangat mungkin. Karena lebih mudah komponennya daripada mobil konvensional yang membutuhkan sekira 4.000 komponen. Sedang mobil listrik paling banyak 700 komponen.
Mungkin dalam waktu tertentu kita masih impor yaitu dinamo dan baterai. Tapi sebentar lagi baterai akan dibuat di dalam negeri. Jadi sebetulnya dimungkinkan karena lebih mudah.
Orang Indonesia, buat untuk body mobil apa saja sanggup kok. Tinggal dipikirkan produksi massalnya saja. (dennis)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.