Golkar Minta Survei Microsoft soal Warganet Indonesia Paling Tak Sopan Jadi Dorongan Introspeksi
Anggota Komisi I DPR RI Christina Aryani menilai hal ini patut menjadi perhatian dan mendorong warganet Indonesia untuk berbenah diri.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Survei Microsoft terkait tingkat kesopanan digital dari pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya menunjukkan bahwa warganet Indonesia paling tidak sopan di Asia Tenggara.
Anggota Komisi I DPR RI Christina Aryani menilai hal ini patut menjadi perhatian dan mendorong warganet Indonesia untuk berbenah diri.
"Ini patut menjadi perhatian dan sewajarnya mendorong kita untuk introspeksi. Kami cukup prihatin dengan hasil temuan Microsoft dalam Digital Civility Index (DCI) ini. Survey ini sudah diadakan 5 tahun berturut-turut dan untuk tahun ini penilaian untuk Indonesia justru turun menjadi yang terbawah di Asia Tenggara," ujar Christina, ketika dihubungi Tribunnews.com, Selasa (2/3/2021).
Baca juga: Politisi NasDem Angkat Suara Soal Survei Microsoft
Politikus Golkar itu lantas mencermati pula adanya peningkatan persebaran hoaks, penipuan hingga ujaran kebencian atau hate speech dalam survei itu.
Menurutnya hasil survei itu dapat menjadi alarm peringatan bagi Tanah Air khususnya terkait masalah bullying.
"Sebab 47% dari 503 responden survey di Indonesia mengaku pernah terlibat di dalamnya, sementara 19% justru pernah menjadi korban," jelasnya.
Lebih lanjut, Christina mengaku menyambut baik inisiatif Kemenkominfo yang akan membentuk Komite Etika Berinternet (Net Ethics Committee) untuk merumuskan panduan praktis budaya serta etika berinternet dan bermedsos.
"Kami di Komisi I yang salah satunya membidangi Komunikasi dan Informatika siap mendukung dan membantu mensosialisasikan panduan ini," tandas Christina.
Sebelumnya diberitakan, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang komputer di AS, Microsoft, melaporkan hasil studi tahunannya, "Civility, Safety, and Interactions Online 2020". Hasil ini dirilis bersamaan dengan temuan dari Digital Civility Index ( DCI) 2020.
Studi ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesopanan digital dari pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya.
Mengutip Kompas.com (26/2/2021), studi ini dilakukan dengan metode survei yang melibatkan 16.000 responden di 32 wilayah.
Survei tersebut mencakup responden remaja sampai orang dewasa tentang interaksi online mereka dan pengalaman mereka menghadapi risiko online.
Pelaksanaan survei ini berlangsung sejak April hingga Mei 2020.
Disebutkan bahwa riset ini mencakup 9 wilayah Asia-Pasifik (APAC), yaitu Australia, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Terkait topik kesopanan digital, Regional Digital Safety Lead, Asia-Pasifik, Microsoft, Liz Thomas menyampaikan, kesopanan digital dinilai sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong interaksi online yang positif.
Hal ini juga didukung situasi pandemi yang memungkinkan masyarakat lebih sering mengakses inetrnet.
"Melalui peringatan Safer Internet Day ini, kami diingatkan bahwa pemerintah, organisasi, dan individu memiliki peran dalam membantu menjadikan internet tempat yang lebih baik untuk bekerja dan bermain," ujar Thomas.