Pengamat: AHY Cs Jangan Anggap Remeh Isu KLB
Isu Kongres Luar Biasa (KLB) di internal Partai Demokrat terus menyeruak. Para petinggi Demokrat diminta tidak meremehkan isu tersebut.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Isu Kongres Luar Biasa (KLB) di internal Partai Demokrat terus menyeruak. Para petinggi Demokrat diminta tidak meremehkan isu tersebut.
Sebab, partai berlambang mercy tersebut memang sudah lekat dengan tradisi kudeta mulai dari era Profesor Budi, Hadi Utomo hingga Anas Urbaningrum.
"Muncul pernyataan dinasti politik di partai Demokrat. Kudeta pun menyeruak di tengah publik. Ini bisa terjadi. Pasalnya dari awal Partai Demokrat identik atau sarat dengan kudeta,"ujar Pengamat Politik Jerry Massie dalam pernyataannya kepada Tribun, Kamis(4/3/2021).
Baca juga: Tanggapi Isu KLB Demokrat, Ferdinand Hutahaean: Jika KTA Belum Saya Kembalikan, Ingin Juga Nyalon
Jerry melihat ada sebuah kesalahan fatal yang dilakukan Partai Demokrat yang memecat sejumlah kadernya seperti Damrizal, Jhonny Marbun dan lainnya.
"Saya nilai ini blunder bagi Demokrat. Memang ada 99 pendiri Demokrat tapi sejumlah pendiri tak bersama partai mercy biru. Memang saya nilai denga keluarnya sejumlah nama seperti Max Sopacua, Roy Suryo sampai Marzuki Ali partai ini mulai pincang," kata Jerry.
Baca juga: Andi Arief Tuding Moeldoko Cs Akan Lakukan Kudeta Partai Demokrat di Sumut
Direktur Political and Public Policy Studies(P3S) ini juga melihat kemunculan dan keterlibatan para pendiri partai Demokrat bukan tanpa alasan. Partai yang mengantarkan SBY jadi presiden RI tersebut elektabilitas dan popularitasnya terus tergerus.
Berdasarkan catatan partai Demokrat pada tahun 2009 mencapai 25 persen dan berhasil bertengger di 5 besar.
Prestasi puncak partai Demokrat pada pemilu tahun 2009 elektabilitas partai ini yaitu 25,39% suara, perolehan suara yang didapat meningkat tiga kali lipat.
Sejumlah partai pun berebut ingin berkoalisi dengan Partai Demokrat di antaranya PKS, PKB, PPP dan PAN.
Bencana datang saat sejumlah kader Demokrat tersandung perkara rasuah. Apalagi sang ketua umum mereka Anas Urbaningrum dicokok KPK.
Jadilah pada pemilu di tahun 2014 Partai Demokrat merosot drastis, perolehan suara mereka turin drastis dari 25,39% suara menjadi 10,19% suara.
"Publik mulai tak percaya dan image negatif disematkan kepada Partai Demokrat sebagai partai terkorup di Indonesia. Dan kini pendiri Demokrat ingin ada perubahan," kata Jerry.
Wajar lanjut Jerry kalau para pendiri khawatir akan masa depan partai ini pasalnya grafik perolehan suara dan kursi terus terperosok pertama kali mereka berpartisipasi pada pemilihan umum tahun 2004 dan meraih suara sebanyak 7,45% (8.455.225) dari total suara dan mendapatkan kursi sebanyak 57 di DPR.
Dengan perolehan tersebut, Partai Demokrat meraih peringkat ke 5 Pemilu Legislatif 2004. Pada 2009 mereka menyalip PDIP dan Golkar dengan meraup 148 kursi di DPR. Ini sungguh fantastis. Dan seiring berjalannya waktu partai ini terus merosot.
Tidak hanya itu saja 'penyakit' yang menjalar di tubuh Demokrat.
Kata Jerry, faktor lemahnya strategi partai yang menyebabkan guncangan hebat di internal.
"Mereka tidak merangkul para tokoh senior dan pendiri. Memang ada pengurus yang baru dan bukan pendiri. Nah ketidakpuasan para pendiri yang menyebabkan partai ini goyah. Dan ini menjadi bumerang dan bom waktu bagi AHY."
"Selain para kaum muda mendominasi kepengurusan. Formula dan formasi atau formatur harus balance (seimbang). Saya yakin upaya kudeta dan menggoyang akan terus terjadi dengan dipecatnya 7 kader inti mercy biru," ujar Jerry. (Willy Widianto)