Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dubes RI Buka Fakta Menarik Perdagangan di Selandia Baru, Ternyata Ditopang Ini

Tantowi mengatakan bahwa ekonomi Selandia Baru selama ini di topang oleh koperasi, bukan konglomerasi.

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Dubes RI Buka Fakta Menarik Perdagangan di Selandia Baru, Ternyata Ditopang Ini
istimewa
Duta Besar RI untuk Selandia Baru dan kawasan Pasifik, Tantowi Yahya membuat gebrakan diplomasi di akhir tahun 2020 ini dengan meluncurkan album kolaborasi yang melibatkan para petinggi dan pesohor Selandia Baru. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Duta Besar Indonesia (Dubes) untuk Selandia Baru dan negara sekeliling Pasifik, Tantowi Yahya membuka fakta menarik terkait penopang ekonomi utama dan perdagangan di Selandia Baru.

Tantowi mengatakan bahwa ekonomi Selandia Baru selama ini di topang oleh koperasi, bukan konglomerasi.

Sehingga, hampir semua produk di Selandia Baru diatur oleh sistim koperasi. Salah satu contohnya susu.




“Susu dijual ke dunia oleh sebuah koperasi yang bernama Fonterra. Fonterra punya pabrik di Cikarang, Indonesia. Itu bukan perusahaan, itu koperasi,” kata Dubes RI Tantowi Yahya dalam sesi wawancara khusus dengan Tribunnews, Selasa (9/3/2021).

Dubes RI berujar, Fonterra sendiri mengelola ribuan peternak di Selandia Baru dan melakukan ekspansi maupun ekspor susu dan dairy product Selandia Baru ke seluruh dunia.

Sama seperti susu, produk-produk lainnya di Selandia Baru juga dijual melalui koperasi, sehingga hampir semua pengusaha di Selandia Baru merupakan anggota koperasi.

“Pengusaha disini, dalam artian peternak, petani dan seterusnya itu adalah anggota koperasi,” kata Dubes RI.

BERITA TERKAIT

“Jadi disini tidak ada orang kaya. Jadi kalau ditanya siapa orang paling kaya di Selandia Baru, saya hanya bisa menjawab satu orang, Peter Jackson, produsernya Lord of the Ring,” katanya.

Dubes Tantowi berujar, Selandia Baru memiliki sistem egaliter, dimana ekonominya dijalankan secara koperasi.

Dalam urusan investasi, koperasi di Selandia Baru sangat berhati-hati karena uang yang dimiliki bukan milik perseorangan, namun juga milik anggota dari koperasi.

Sehingga, koperasi Selandia Baru tidak mau sembarangan berinvestasi jika nilai ekonominya tidak terlalu signifikan. Investasi koperasi Selandia Baru pun kebanyakan dilakukan dalam jangka waktu tertentu.

Baca juga: Dubes RI Tantowi Ingin Ubah Stigma Selandia Baru dan Negara Pasifik di Kalangan Eksportir Indonesia

“Jadi tidak mungkin mereka mengambil resiko, ketika yang diinvestasikan adalah uang para anggota. Karena ini uang para anggota, maka koperasi-koperasi itu bukan tidak mau berinvestasi, mereka mau berinvestasi tapi rata-rata short term (investasi jangka pendek),” ujarnya.

Fonterra sendiri berani berinvestasi di Indonesia, karena tahu lebih dari 80 persen konsumsi susu dan dairy product masyarakat Indonesia berasal dari Selandia baru.

Sehingga menurut koperasi Selandia Baru mendirikan pabrik di Indonesia merupakan sebuah investasi yang menguntungkan.

“Ada beberapa investor lain, salah satunya di bidang pengelolaan kayu, namun kecil (investasinya). Jadi tidak terlalu signifikan dari sisi jumlah,” kata Dubes RI.

Selandia Baru memiliki penduduk sekitar 5 juta dan termasuk negara yang paling makmur di dunia.

Selandia Baru memiliki GDP USD 206,9 miliar dengan GDP perkapitanya NZD 42.710.

Pertumbuhan ekonomi Selandia Baru bahkan disaat pandemi terus tumbuh, walaupun ada penurunan, namun tetap surplus 1,5 persen.

Selandia Baru memiliki orientasi ekspor, sehingga hampir seluruh produk yang dihasilkan negara ini lebih dari 75 persen diperuntukan untuk mengisi pasar ekspor.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas