Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Imparsial: Penerapan Hukuman Mati di Indonesia Mewarisi Hukum Kolonial Belanda

Amalia Suri mengungkapkan penerapan hukuman mati di Indonesia sebenarnya mewarisi hukum kolonial Belanda.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Imparsial: Penerapan Hukuman Mati di Indonesia Mewarisi Hukum Kolonial Belanda
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Sejumlah massa melakukan aksi teatrikal saat aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta, Selasa (20/3/2018). Aksi tersebut mengutuk dan menolak hukuman mati dalam menyikapi eksekusi mati terhadap buruh migran Indonesia di Arab Saudi yakni Zaini Misrin. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Imparsial, Amalia Suri mengungkapkan penerapan hukuman mati di Indonesia sebenarnya mewarisi hukum kolonial Belanda.

"Kita masih mempraktekan hukuman mati ini mewarisi hukum kolonial Belanda," ujar Amalia dalam webinar "Hukuman Mati untuk Koruptor, Apakah Tepat?" yang diadakan pada Jumat (12/3/2021).

Menurut Amalia, hal ini ironis karena Belanda sendiri telah mencabut penerapan vonis mati dari sistem hukumnya.

Baca juga: Imparsial: Hukuman Mati Kerap Dijadikan Alat Politik 

Sementara di sisi lain, Indonesia malah masih tetap mengadopsinya hingga kini.

"Walaupun sebenarnya lucu juga, Belanda sendiri sudah menghapus hukuman mati di semua aturan hukum di negaranya," tutur Amalia.

Bagi Amalia, Indonesia bertindak setengah-setengah dalam mengadopsi sistem hukum di Belanda. Mengingat Indonesia tidak ikut mencabut penerapan hukuman mati.

Pada level internasional, sejak 2009, ada 106 negara yang secara penuh menghapus hukuman mati dari hukum positifnya.

Berita Rekomendasi

Lalu ada 36 negara masih ada hukuman mati tapi sudah tidak melakukan eksekusi dalam 10 tahun terakhir.

Sementara negara yang masih menjalani vonis hukuman mati ada sekitar 50 negara. Indonesia menjadi salah satunya.

"Jadi kita termasuk minoritas yang masih mempraktekan hukuman mati," ungkap Amalia.

Penerapan hukuman mati, menurut Amalia, merupakan hal yang ironis karena dalam konstitusi hak hidup mendapatkan jaminan.

Menurutnya, hak hidup adalah hak paling dasar yang tidak bisa dikurangi dalam kondisi apapun.

"Ironis malah ada UU kita yang masih melegalkan hukuman mati. Padahal hak hidup dijamin konstitusi. Ini sesuatu yang kontradiktif," pungkas Amalia.

Berdasarkan catatan Imparsial, sejak 1960 hingga 2016 Pemerintah Indonesia telah mengeksekusi mati 84 orang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas