ICW Beberkan Pola-pola Pelemahan KPK, dari Serangan Buzzer Hingga Teror
Kurnia Ramadhana mengungkapkan terdapat beberapa aksi pelemahan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Kurnia Ramadhana mengungkapkan terdapat beberapa aksi pelemahan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Serangan-serangan terhadap KPK dilakukan oleh sejumlah pihak untuk melemahkan pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh KPK.
"Kita melihat ada dua serangan tidak langsung ataupun serangan langsung," ujar Kurnia dalam webinar Bedah Buku 'Negara Hukum Bukan-Bukan', Sabtu (13/3/2021).
Kurnia mengungkapkan serangan tidak langsung dilakukan melalui uji materi atau judicial review Undang-Undang KPK pada periode sebelumnya. Meski akhirnya UU KPK direvisi pada tahun 2019 lalu.
Lalu ada pengajukan hak angket di DPR. Ada pula hambatan pembangunan gedung baru KPK.
"Sempat ada gerakan koin untuk KPK saat itu saat DPR menolak untuk memberikan gedung baru pada KPK," ucap Kurnia.
Kemudian serangan tidak langsung, menurut Kurnia, terjadi ketika ada penarikan puluhan penyidik Polri di KPK. Hal ini terjadi saat KPK mengusut perkara simulator SIM yang menjerat Irjen Djoko Susilo.
Baca juga: ICW: Korupsi Tetap Tinggi di Negara yang Terapkan Hukuman Mati Koruptor
Selain itu, ada pula rencana pembentukan Densus Tipikor. Kurnia mengatakan serangan terbaru berupa fitnah yang dilancarkan oleh para buzzer.
KPK dituduh dengan isu Taliban dan ekstrimis Islam. Padahal, menurut Kurnia, berita bohong tersebut tidak ada hubungannya dengan kinerja KPK.
"Ada juga sekarang yang ngetren itu ada fitnah dari buzzer. Di medsos KPK seringkali diisukan soal Taliban, soal ekstrimis Islam, yaitu hal-hal yang tidak ada benar itu pemberantasan korupsi. Selain itu isu hoaks dan juga ditambah itu tidak ada relevansi dengan kerja-kerja mereka," ungkap Kurnia.
Sementara itu, Kurnia mengungkapkan serangan langsung dilakukan melalui proses pemolisian kepada pegawai KPK oleh beberapa pihak. Bahkan ada pula teror yang dilakukan kepada pimpinan KPK.
"Ada pemboman rumah komisioner, ada rumah Pak Agus Rahardjo dan Pak Laode saat itu yang sempat dikirim bom," tutur Kurnia.
Kasus yang paling menyita perhatian publik adalah penyiraman air keras kepada penyidik senior KPK Novel Baswedan pada 2017 lalu.
"Sampai hari ini pelakunya masih menuai perdebatan. Apakah dua orang tersebut bener pelaku penyiram novel Baswedan," pungkas Kurnia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.