Pasek Bongkar Skenario SBY Agar Hanya Dirinya yang Penuhi Syarat Maju Jadi Ketum di Kongres 2015
Gede Pasek Suardika mengungkap cerita internal dibalik Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Surabaya pada 2015 silam.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Pimpinan Nasional Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Gede Pasek Suardika mengungkap cerita internal dibalik Kongres Partai Demokrat di Surabaya pada 2015 silam.
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kala itu maju kembali mencalonkan diri sebagai ketua umum partai berlambang mercy tersebut.
Padahal sebelumnya, SBY berjanji hanya akan meneruskan sisa jabatan dari Anas Urbaningrum hingga 2015.
Anas sendiri mundur karena ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
"Jadi ceritanya di KLB di Bali (2013) itu pun ada kesepakatan pak SBY hanya sampai 2015, meneruskan sisa jabatan mas Anas. Setelahnya akan beliau berikan kepada kader-kader lain yang berpotensi. Hanya di 2015 ternyata beliau maju lagi," ujar Gede Pasek saat berbincang dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, Jumat (19/3/2021).
Gede Pasek juga tak habis pikir, sebab dalam Kongres di Surabaya tahun 2015 itu terdapat skenario-skenario yang melanggengkan SBY untuk menjadi orang nomor satu di Demokrat.
Salah satunya dengan membuat tata tertib yang membuat hanya SBY yang memenuhi syarat untuk menjadi ketua umum.
"Bayangkan ketua umum bapaknya (SBY), sekjen anaknya (Ibas) dan maju lagi di 2015. Mau jadi ketua umum sampai membuat tatib agar dirinya saja yang memenuhi syarat. Marzuki Alie pun tidak memenuhi syarat. Waktu itu dibuat oleh tim khusus, sembunyi-sembunyi, nggak boleh ada yang tahu, tapi kita tahu," ungkapnya.
Beberapa syarat itu antara lain yang boleh menjadi calon ketua umum hanyalah pemilik hak suara.
Maka itu meliputi ketua umum sebelumnya, pengurus DPP, DPD, serta DPC.
Syarat selanjutnya, kata Gede Pasek, adalah berpengalaman menjadi pengurus pusat selama lima tahun. Otomatis hal itu membuat para DPD dan DPC tersingkir.
"Marzuki Alie aja nggak bisa masuk (ke dalam syarat itu). Saya mikir, 'waduh kok kayak begini, namanya sang Demokrat tapi kok ada skenario dibuat seperti itu'," cerita Gede Pasek.
Menurut loyalis Anas Urbaningrum itu juga terdapat hal lucu yang terjadi di Kongres Surabaya. Dimana kongres belum sempat dibuka, namun pencalonan untuk ketua umum sudah ditutup sebelumnya.
Baca juga: Cerita Loyalis Anas Urbaningrum Kena Prank SBY: Gak Nyangka Orang Sekelas Beliau Bisa Berkhianat
Hal itu, dijelaskan oleh Gede Pasek, tak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah kongres luar biasa partai politik manapun.
Karenanya seketika itu pula Gede Pasek menyebut Partai Demokrat telah berubah menjadi partai dinasti atau partai untuk sedulur. Sedulur adalah bahasa Jawa yang berarti saudara.
"Padahal dimana-mana yang namanya kongres itu dibuka dulu, kemudian sidang pertama membahas draf tata tertib untuk kemudian disahkan menjadi tata tertib. Dimana-mana begitu. Ini (Kongres Surabaya) nggak, pendaftaran calon ditutup semua. Hasilnya tunggal lah dia (SBY)," ujarnya.
"Saya dan Marzuki Alie kan maunya goda-godain dikit kan gitu. Tapi digodain pun nggak boleh, akhirnya disitulah kemudian semakin absolut partai itu berubah dari Partai Demokrat menjadi partai dulur (sedulur, - red), partai dinasti," tandasnya.