Hari Ini PFI HUT Ke-99, Perkumpulan Filatelis Didirikan Saat Indonesia Masih Menjadi Jajahan Belanda
Kepengurusan kebanyakan dipegang oleh orang Belanda. Setelah setahun kemerdekaan, perkumpulan berjalan lagi perlahan-lahan.
Editor: Dewi Agustina
![Hari Ini PFI HUT Ke-99, Perkumpulan Filatelis Didirikan Saat Indonesia Masih Menjadi Jajahan Belanda](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pertemuan-para-filatelis-via-online.jpg)
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI), hari ini, Senin (29/3/2021) berulang tahun ke-99 dengan berbagai tantangan yang ada serta perlu komitmen kuat untuk membangkitkan hobi mengumpulkan prangko tersebut.
Seorang mantan Direktur PT Pos Indonesia dan juga mantan pimpinan PFI, Srijoto, yang disampaikan melalui Pringgodiprojo, mantan Kepala Museum Prangko Indonesia yang pertama di Taman Mini Indonesia, menyatakan beratnya tantangan saat ini.
"Semoga saja ada jajaran internal yang mampu merintis ulang untuk kebangkitannya," kata Srijoto.
Di samping itu ada pula nilai-nilai luhur dalam hobi filateli yaitu ketekunan, kesabaran, kejujuran, rasa bersahabat, memperluas pengetahuan, yang merupakan unsur-unsur penting di dalam pembinaan karakter.
"Mengembangkan filateli dapat menciptakan pasar yang captive serta high yield bagi PT Pos Indonesia sendiri. Sungguh sangat tidak mudah dan memerlukan toughness, high spirit and strong commitment untuk membangkitkannya kembali, serta harus dimotori oleh PT Pos Indonesia sendiri. Dirgahayu ke 99 PFI," tambahnya.
Awal mula Perkumpulan Filatelis Indonesia pada saat Indonesia masih menjadi tanah jajahan Belanda.
Didirikan di Batavia (kini Jakarta) pada tanggal 29 Maret 1922 suatu perkumpulan penggemar prangko yang bernama VPNI (Vereniging van Postzegelverzamelaar in Nederlands Indie).
Indonesia masih bernama Nederlands Indie saat itu.
Dalam perkembangan selanjutnya dan saat Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, perkumpulan ini mengalami sedikit kekosongan. Terutama dalam kepengurusan serta kegiatannya.
Kepengurusan kebanyakan dipegang oleh orang Belanda. Setelah setahun kemerdekaan, perkumpulan berjalan lagi perlahan-lahan.
Nama Nederlands Indie berubah menjadi Indonesia saat itu.
Pada tahun 1947 perkumpulan ini mengganti namanya menjadi AVPI (Algemene Vereniging voor Philatelisten in Indonesie) sesuai nama aslinya, bukan Indonesia tetapi "Indonesie").
![Ketua Umum Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI), Fadli Zon melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) World Stamp Championship and Exhibition, dengan Fédération Internationale de Philatélie (FIP).](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/filatei.jpg)
Perjalanan selama kurang lebih 25 tahun sejak lahir sampai menjadi AVPI belum dapat diketahui berhubung bukti tertulis belum ditemukan dan bekas pengurusnya pun semua telah “dimakan usia”.
Sehingga tak ada yang dapat dijumpai sementara ini. Praktis dengan demikian segala kegiatan selama itu belum
dapat diketahui.
Melalui media komunikasi AVPI yang pertama setelah perang kemerdekaan berupa majalah berukuran 15,5 cm x 23,5 cm (ukuran satu halaman) dengan nama Majalah AVPI No.1 bulan Juni tahun 1952, dapat ditelusuri susunan pengurus perkumpulan filatelis tersebut.
Untuk anggota filatelis Jakarta sudah diadakan pertemuan tanggal 6 Juli 1952 dimulai pukul 9.30 (hari Minggu) di Logegebouw (kini gedung Bappenas, Jl Taman Suropati 2, Jakarta Pusat).
Sedangkan pertemuan remaja pada hari Minggu terakhir dalam bulan, bertempat di Jalan Kenari 13, Jakarta Pusat. Dipimpin langsung oleh WF Rozenberg.
Bulan November 1952 Ketua Pengurus Besar PFI yang baru masih tetap orang Belanda yaitu I Van Bueren Arts. Sekretaris I baru yaitu F Simon, warga Indonesia dan Bendahara baru yaitu CB Moorman.
Ketatnya pengiriman prangko ke luar negeri telah diputuskan oleh Lembaga Alat-alat Pembayaran Luar Negeri (LAAPN).
Pemberitaan ini dapat dibaca di halaman ilustrasi belakang buku ini.
Pengetatan ini juga dilakukan pada tahun 1955 dengan ke luarnya sebuah keputusan dari Menteri Perekonomian tanggal 31 Desember 1955.
Pada Majalah Philatelie (dahulu bernama Majalah AVPI) No.3, Maret 1953, tercantum nama PUPI (Perkumpulan Umum Philatelis di Indonesia).
Anggaran Dasar yang baru sudah dibuat dan telah diserahkan kepada Departemen Kehakiman. Tinggal menunggu persetujuan saja.
Dengan demikian mulai permulaan tahun 1953 nama Perkumpulan menjadi Perkumpulan Umum Philatelis di Indonesia.
Selanjutnya sebagai penampilan pertama di muka umum, diadakanlah suatu pameran yang bernama “Onder de Loupe” (Di bawah Suryakanta atau Di bawah kaca pembesar atau Di bawah Lup).
Pameran pertama setelah pecah perang kemerdekaan ini dilangsungkan tanggal 12 sampai dengan 15 Nopember 1953 bertempat di Jalan Gajah Mada, Jakarta, berada antara Hotel Gajah Mada dengan kantor harian Kompas.
![Pengunjung mengamati prangko bergambar Elvis Presley yang dipamerkan pada World Stamp Exhibition Bandung 2017, di Trans Convention Centre, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Kamis (3/8/2017). Pameran yang akan berlangsung hingga 6 Agustus 2017 itu, memamerkan ribuan prangko koleksi peserta kompetisi filatelis dari 60 negara. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pameran-perangko-di-bandung_20170804_154730.jpg)
Pameran prangko ini bentuk penyajiannya lain dengan sekarang. Dulu pemasangan panel pameran direbahkan secara mendatar.
Seperti melihat permata di toko perhiasan atau toko emas. Kalau kini pemasangan panel secara tegak lurus sehingga pengunjung berdiri langsung menatap ke muka.
Selain tak banyak tempat, melihatnya pun juga mudah.
Untuk peresmian pameran dilakukan oleh Ir Soetoto, Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan. Dilanjutkan dengan pengecapan sampul pameran dengan cap pameran.
Bentuk cap pameran ini menyerupai cap tanggal kini yang diayunkan oleh tangan.
Jadi bentuk (alat cap) tersebut bukan bentuk yang terbuat dari kayu dengan huruf/gambar timbul dari karet dan ukuran alat cap kecil serta mudah dibuat dibuat di kios kacil pinggir jalan.
Pada saat itu PFI cabang Jakarta hanya mempunyai anggota sebanyak 200 orang lebih.
Sedangkan yang hadir dalam pameran selama tiga hari diperkirakan 7000 orang. Sampul pameran dibuat sebanyak 8.500 buah dan habis selama pameran.
Tanggal 22 Desember 1954 yang merupakan Hari Ibu, dikeluarkan Sampul Hari Pertama PUPI dengan Cap Khusus Hari Pertama resmi dari Pos.
Harga sampul berikut satu seri prangko anak-anak saat itu seharga Rp 5,50 (sampul Rp 1,25, prangko Rp 3,85, biaya administrasi Rp 0,40).
Sampul ini bertujuan sosial membantu Yayasan Kesejahteraan Kanak-kanak.
![Pengunjung mengamati prangko bergambar Elvis Presley yang dipamerkan pada World Stamp Exhibition Bandung 2017, di Trans Convention Centre, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Kamis (3/8/2017). Pameran yang akan berlangsung hingga 6 Agustus 2017 itu, memamerkan ribuan prangko koleksi peserta kompetisi filatelis dari 60 negara. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pameran-perangko-di-bandung_20170804_154634.jpg)
Pendapatan bersih diserahkan kepada Panitia Kanak-kanak. Prangko yang dipakai itu adalah seri Anak-anak terbitan tanggal 22 Desember 1954.
Di awal tahun 1955 diberitakan tentang pemalsuan prangko. Ternyata pemalsuan prangko sudah terjadi pula di masa lalu.
Yang dipalsukan tidak hanya prangko dalam negeri tetapi juga prangko luar negeri (Nederland).
Anggota Perkumpulan Philatelis Indonesia (dari PUPI menjadi PPI) saat itu sampai bulan Februari 1955 tercatat sekitar 1.200 orang.
Cabang Jakarta beranggotakan hampir 400 orang dewasa dan 100 remaja lebih. Sedangkan cabang Surabaya beranggotakan remaja sekitar 250 orang.
Ternyata kekosongan pengurus Bandung tahun 1954 terjadi karena adanya beberapa anggota yang berusaha memisahkan diri dari Perkumpulan Philatelis Indonesia.
Terbukti dengan berdirinya Yayasan Pengumpul Prangko Indonesia (YPPI) tanggal 25 Juni 1954 bertempat di Jalan Jendral Achmad Yani No.255, Bandung.
Dengan demikian perpecahan Perkumpulan telah terjadi pertama kali tahun 1954.
Kegiatan aktivitas para filatelis di Indonesia khususnya kalangan remaja di Indonesia dimulai Februari 1957.
Didirikanlah Divisi Remaja dalam PFI cabang Jakarta. Saat itu berlaku semboyan “Dari para remaja untuk para remaja.”
Untuk hal ini telah dipilih Teressa Oei sebagai Sekretaris dan sekaligus sebagai Bendahara Remaja cabang Jakarta, Pimpinan Divisi Remaja dipegang oleh J Philips.
Pertemuan untuk remaja sebelumnya diadakan pada hari Minggu terakhir dalam bulan di “Sports Clun”.
Mulai Februari 1957 ditiadakan dan diganti tempat pertemuan ke rumah kediaman J Philips, di Jalan Tasikmalaya No.3, Jakarta Pusat.
![Pengunjung mengamati prangko yang dipamerkan pada World Stamp Exhibition Bandung 2017, di Trans Convention Centre, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Kamis (3/8/2017). Pameran yang akan berlangsung hingga 6 Agustus 2017 itu, memamerkan ribuan prangko koleksi peserta kompetisi filatelis dari 60 negara. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pameran-perangko-di-bandung_20170804_154533.jpg)
Tanggal 7 April 1957 diadakan rapat anggota di Hotel Darma Nirmala yang dimulai pukul 9.30 guna mengusulkan Dr I Van Beuren diangkat sebagai anggota kehormatan. Ternyata usul tersebut diterima dengan suara bulat.
Suatu pengumuman yang cukup penting termuat pada Majalah Philatelie No.7 tahun 1957 tentang ekspor dan impor prangko di Indonesia.
Pengumuman ini dikeluarkan oleh Lembaga Alat-alat Pembayaran Luar Negeri (disingkat LAAPLN) dengan hal-hal sebagai berikut:
Itulah pemberitahuan tentang pengaturan masuk keluarnya prangko di Indonesia. Peraturan saat itu terlihat cukup keras dan tidak menguntungkan bagi para filatelis.
Pemberitaan ini (yang asli) sudah dimuat bulan November 1952.
Sebagai kelanjutan berita ini, PUPI mengadakan surat “protes” yang ditujukan kepada Dewan Moneter tertanggal 9 Maret 1956.
Surat ini pun dibuat dengan melihat pula pada surat keputusan Menteri Keuangan (dahulu disebut Menteri Perekonomian) yang cukup memberatkan kantong filatelis.
Mulai bulan Agustus 1957 kursi Ketua Pengurus Besar telah terisi kembali. Kali ini dipegang oleh W.P.J.M Snitselaar dengan Sekretaris ialah Mr. Gan Ging Liong.
Tanggal 1 Desember 1957 diadakan rapat anggota di Hotel Darma Nirmala mulai pukul 9.30 untuk mengusulkan Tuan L. Unger duduk dalam anggota kehormatan.
Tetapi mulai tahun 1958, bulan Juni, dalam majalah filateli perkumpulan sudah tak muncul atau tak ada lagi “Anggota Kehormatan” .
Mulai tahun 1958 uang iuran menjadi Rp 80 setahun dan uang pangkal tetap Rp 10.
Akhirnya Majalah Philatelie mengalami kemacetan setelah terakhir terbit No.8, Agustus 1958. Mulai No.1 sampai dengan No.8 isi majalah dalam bahasa Indonesia seluruhnya dan sedikit bahasa Inggris.
Sedangkan majalah sebelum No.1 tahun 1958, isinya terdiri dari dua bagian yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Belanda.
![PAMERAN FILATELI - Seorang siswa sekolah dasar mengamati sejumlah benda filatelis di Pameran Nasional Filateli 2013 di Gedung Wahana Bhakti Pos, Jalan Banda, Kota Bandung, Rabu (25/9). Pameran yang berlangsung 25-29 September 2013 itu menampilkan 320 frame koleksi benda filatelis dari 15 provinsi di Indonesia yang tergabung dalam Perkumpulan Filatelis Indonesia.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20130927_pameran-nasional-filateli-2013_7887.jpg)
Namun lebih banyak bahasa Belanda dan terjemahannya pun kebanyakan kurang tepat dengan teks asli sebelah (bahasa Belanda).
Dari Buku Tahunan Perkumpulan Philatelis Indonesia (nama asli), diketahui bahwa pada tanun 1958 dilakukan pemberian tanggung jawab Pengurus Besar secara langsung kepada Rapat Tahunan Perkumpulan atau Kongres Perkumpulan.
Dalam masa kekosongan Pengurus, sekitar tahun 1960 dimintalah kesediaan Laksamana Udara S. Suryadarma (Purnawirawan) sebagai Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Philatelis Indonesia (nama asli).
Beliau bersedia dan menjabat sampai dengan tahun 1964. Warga negara Indonesia pertama yang menjadi Ketua PFI.
Dari kepemimpinannya ini cabang perkumpulan berkembang menjadi sebelas cabang perkumpulan. Sebelumnya hanya delapan cabang.
Antara lain Jakarta, Bandung, Bogor, Yogyakarta, Makassar, Malang, menago, Medan, Palembang, Semarang dan Surabaya.
Pada tahun 1960 Perkumpulan masih memakai nama PUPI (Perkumpulan Umum Philatelis di Indonesia), bukan Perkumpulan Philatelis Indonesia (PPI).
Pada tanggal 1-3 Juli 1965 di Semarang diselenggarakan Rapat Tahunan PPI guna mempertanggungjawabkan Perkumpulan kepada anggota.
Namun kemudian ditangguhkan dari tahun ke tahun. Sampai dengan tahun 1982 pun tak pernah ada lagi Rapat Tahunan atau Kongres.
Pada tahun 1960-an banyak tenaga inti kepengurusan kemudian mengundurkan diri.
Belum lagi gangguan komunikasi dan keadaan social ekonomi politik negara kita, termasuk pula masih dibarengi lagi munculnya peristiwa G-30-S yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Cabang yang masih berjalan yaitu Jakarta, Bogor dan Surabaya. Itu pun berjalan tersendat-sendat.
Selama beberapa tahun Pengurus Besar mengalami sedikit guncangan setelah ditinggal Bapak Suryadarma menunaikan tugas negara.
![Prangko Piala Dunia FIFA 1994 (World Cup USA '94) dipamerkan dalam Pameran Nasional Filateli dan Undian Gebyar 1 Milyar 2014 di Festival Citilink, Jalan Peta, Kota Bandung, Selasa (27/5/2014). Prangko seri piala dunia ini dipamerkan dari mulai Piala Dunia FIFA 1970, 1982, 1986, 1990, 1994, 1998, 2002, 2006 dan 2010, serta ratusan prangko dan kartu pos lainnya yang berasal dari Pengurus Daerah Perkumpulan Filatelis Indonesia dan empat negara sahabat yang akang berlangsung dari 27 Mei - 1 Juni 2014. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20140527_232559_pameran-prangko-piala-dunia-di-festival-citilink.jpg)
Pada tanggal 3 Mei 1973 berdirilah Pusat Philateli (nama awal apa adanya), bertempat di Jalan Cikini Raya 5, Jakarta Pusat (sebelah kiri Kantor Pos Cikini).
Ikut dalam aktivitas persiapan peresmian Pusat Philateli saat itu, termasuk mendirikan tenda untuk upacara peresmian dan persiapan lain, dari Pos adalah Bapak Ashori dan Bapak Rijanto.
Sedangkan dari Perkumpulan adalah Agus Kurniawan serta Richard Susilo.
Sebagai Kepala Pusat Philateli pertama yaitu Bapak Drs Soebagijo Soemodihardjo, SH, menyusul Drs Guhhadi.
Kemudian pernah dipegang Ibu Soewarti, dan tanggal 28 Pebruari 1981 dipegang oleh Ny. Ida W. Rusmada BcAP.
Kemudian tanggal 26 Agustus 1981 nama Pusat Philateli berubah menjadi Kantor Philateli Jakarta yang sekaligus pengalihan tanggung jawab dari Dirjen Pos ke Kantor Daerah Pos I, Jakarta.
Pada tahun 1974 tepatnya tanggal 10 Maret dibuatlah suatu Anggaran Dasar dari FIAP (Inter-Asia Philatelic Federation).
Sekretariat dipilih negara Singapura karena letaknya yang strategis. Salah seorang pendiri FIAP yaitu Indonesia yang diwakili Bapak Suryadarma.
FIAP ini baru diakui kehadirannya oleh pemerintah Singapura sendiri pada tanggal 14 September 1974.
Sembilan negara pendiri FIAP yaitu Jepang, Iran, Thailand, Singapura, Hongkong, Malaysia, Indonesia, India, dan Vietnam.
Sedangkan kini anggotanya mencapai 10 negara yaitu Indonesia, Singapura, Thailand, India, Hongkong, Australia, Turki, Korea, Malaysia, dan Jepang.
Baik sebagai anggota FIP maupun FIAP, Perkumpulan Philatelis Indonesia tiap tahunnya harus membayar Uang Iuran lebih dari Rp 100.000 saat itu.
Untuk perkembangan dunia filateli di Indonesia, sebenarnya kecerahan sudah mulai tampak di tahun 1976.
Munculnya berbagai tulisan dan kolom filateli di berbagai media massa, dituliskan oleh Richard Susilo, baik di ibukota maupun di daerah. Sampai kepada pemberitaan pameran beberapa kali masuk TVRI.
Lalu pada tanggal 25 Juli 1976 dalam acara Bintang Kecil, sempat pula seorang pemenang pameran prangko yang diadakan Perkumpulan Philatelis Indonesia, diwawancarai sebagai Bintang Cilik yaitu Tonaas Sahertian, putera Ny DE Sahertian Tamalea.
![Prangko Piala Dunia FIFA 1994 (World Cup USA '94) dipamerkan dalam Pameran Nasional Filateli dan Undian Gebyar 1 Milyar 2014 di Festival Citilink, Jalan Peta, Kota Bandung, Selasa (27/5/2014). Prangko seri piala dunia ini dipamerkan dari mulai Piala Dunia FIFA 1970, 1982, 1986, 1990, 1994, 1998, 2002, 2006 dan 2010, serta ratusan prangko dan kartu pos lainnya yang berasal dari Pengurus Daerah Perkumpulan Filatelis Indonesia dan empat negara sahabat yang akang berlangsung dari 27 Mei - 1 Juni 2014. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20140527_232729_pameran-prangko-piala-dunia-di-festival-citilink.jpg)
Pada tahun 1988 barulah dilakukan Kongres Perkumpulan Philatelis Indonesia di Bandar lampung yang sekaligus mengubah nama Perkumpulan Philatelis Indonesia dengan Perkumpulan Filatelis Indonesia, dan boleh disingkat menjadi PFI, serta pembentukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang baru.
Pada tahun 1990, setelah Kongres PFI di Bandar Lampung akhir tahun 1989, kepengurusan PFI mulai diwarnai oleh karyawan Perum Pos dan Giro (kini PT Pos Indonesia).
Mulai saat itu, dengan Ketuanya Letjen TNI (Purn) Mashudi, dan Ir. Marsoedi sebagai Direktur Utama Perum Pos dan Giro (nama saat itu), praktis ke berbagai cabang juga menyerupai birokrasi pegawai negeri dengan masuknya banyak pegawai pos ke dalam kepengurusan PFI, bahkan sangat aktif membangun perkumpulan cabang PFI di berbagai daerah.
Hal ini terang-terangan ditentang Richard Susilo, karena sebuah perkumpulan hobi selayaknya dipegang oleh penggemar pengumpul prangko, bukan dari unsur lain, apalagi oleh karyawan pos yang masih aktif.
Pertama kali di dunia sebuah perkumpulan filatelis suatu negara dipimpin oleh oleh Direktur Utama PT Pos.
Meskipun keputusan Kongres PFI di Bandar Lampur akhir 1989, kepengurusan PFI (nama Pengurus Besar kemudian diubah menjadi Pengurus Pusat sejak itu), praktis dimulai aktif tahun 1990.
Lama kepengurusan sebenarnya lima tahun.
Rencana Kongres tahun 1995 akhirnya tertunda hingga ke tahun 1996.
Sementara itu kepengurusan PFI periode tahun 1990-1996 ternyata sempat mengalami perubahan sejak pembentukan pertama kali seusai Kongres di Bandar Lampung akibat pembentukan kepengurusan yang baru (reshuffle) karena terburu-burunya pembentukan kepengurusan setelah Kongres di Bandar Lampung.
Akhirnya muncul kepengurusan tahun 1990 sebagai berikut: Dewan Penasehat: Dr. RHH Nelwan, Tirtadinata Thung BSc., H. Soerjono BcAP, Pringgodiprodjo BcAP; Ketua Umum : Letjen TNI (Purn) Mashudi
Tahun 1997 di bawah kepemimpunan Letjen (Purn) Mashudi, PFI memberikan Penghargaan Filateli kepada 17 filatelis di Indonesia (di luar Letjen Purn Mashudi), tetapi satu orang menentangnya, tidak mau menerima tanda Penghargaan Filateli tersebut karena memang merasa dirinya belum pantas menerimanya.
"Pak Mashudi saja yang jauh lebih pantas, tidak menerima Penghargaan tersebut, apalagi saya yang pengalaman dan sumbangan ke dunia filateli masih belum ada apa-apa," papar Richard Susilo.
Kemudian kepengurusan PFI periode tahun 2001-2006 dengan Ketua Umum: Sukaton; Wakil Ketua Umum: Direktur Utama PT Pos Indonesia.
Dari situ muncul pula Ketua Umum Letjen TNI Soejono dan kini dengan Ketua Umum PFI Dr H Fadli Zon, S.S., M.Sc., gelar Datuak Bijo Dirajo Nan Kuniang.
Bagi yang ingin ikut diskusi filateli malam ini jam 19.30 WIB silakan kirimkan permohonan ke email: zoom@filateli.net dengan nama lengkap, alamat lengkap, Nomor WhatsApp dan tanggal lahir. Gratis tidak ada biaya apa pun.
Sementara itu telah terbit buku baru "Rahasia Ninja di Jepang" berisi kehidupan nyata ninja di Jepang yang penuh misteri, mistik, ilmu beladiri luar biasa dan tak disangka adanya penguasaan ilmu hitam juga. informasi lebih lanjut ke: info@ninjaindonesia.com
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.