Menteri Johnny Inginkan Monumen Pers Nasional Terapkan Transformasi Digital
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mendorong Monumen Pers Nasional untuk menerapkan akselerasi
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mendorong Monumen Pers Nasional untuk menerapkan akselerasi transformasi digital dalam setiap layanan.
Menurutnya, pandemi Covid-19 mendorong bangsa-bangsa di dunia dan Indonesia untuk secara akseleratif melakukan transformasi digital sehingga inilah momentum yang tepat bagi Monumen Pers Nasional melakukan rebranding.
“Kalau tahun 1933 Radio Solo hadir, dan di tahun 1945 meneruskan berita proklamasi ke seluruh tanah air termasuk di Solo, maka pada tahun 2021 ini adalah lompatan baru penyiaran digital, era transformasi digital.
Inilah momentumnya, makanya kita perlu melakukan pemugaran konsep reborn,” tegasnya dalam Tour Monumen Pers Nasional di Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (1/4/2021).
Baca juga: Anies: Wisma Atlet Kemayoran Adalah Monumen Covid yang Belum Disadari
Menurut Menteri Johnny, kelahiran baru transformasi ditandai dengan terjadinya suatu perjuangan serta pemanfaatan alat-alat analog ke suatu perjuangan dan adaptasi teknologi baru teknologi digital.
Oleh karena itu, Kementerian Kominfo akan membentuk tim untuk menyiapkan layout yang menyeluruh, apa yang ada, dan bagaiman melengkapinya.
Koleksi monumen ini harus dibuat dengan baik, tidak harus hanya kokoh, tetapi koleksi yang monumental untuk menandakan perjuangan bangsa.
Baca juga: Pengunjuk Rasa Masuk Tanpa Izin, Monumen Bersejarah Stonehenge Terpaksa Ditutup
"Sejarah ini untuk membangkitkan kembali semangat nasionalisme persatuan," imbuhnya.
Menkominfo menilai Monumen Pers Nasional memiliki potensi untuk membangkitkan sikap nasionalisme generasi muda penerus bangsa.
“Karena, setiap benda koleksi sejarah mengandung makna mendalam perjuangan kecintaan kepada negara. Dengan begitu, rasa persatuan dapat antara generasi penerus bangsa semakin erat,” ungkapnya
Menteri Johnny mendorong agar keunggulan dari nilai sejarah harus senantiasa dimanfaatkan secara komprehensif oleh setiap individu.
Menurutnyta, hal tersebut bisa menjadi modal utama dalam menyusun kekuatan nasional yang dapat bertahan dari berbagai tantangan yang menghadang.
“Saya lihat masih ada 238.000 lebih koleksi yang belum terdigitalisasi. Tidak harus selesai dalam satu tahun, tapi kita jarus menyusun konsep besar yang nanti diselesaikan melalui ketersediaan fiskal untuk bagaimana ini dibangun,” jelasnya.
Kawal Sejarah Penyiaran
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.