BIN: Milenial Jadi Target Utama Rekrutmen Kelompok Teroris
Badan Intelijen Negara (BIN) menyatakan generasi milenial menjadi target utama perekrutan kelompok teroris.
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Adi Suhendi
"Banyak juga yang kita ingatkan," tuturnya.
Wawan menambahkan alasan generasi milenial menjadi target utama perekrutan oleh kelompok teroris.
Wawan mengatakan, kelompok milenial tidak banyak tanggungan, lebih berani dan emosional.
"Dan lebih berpikir pragmatis apalagi ada iming-iming masuk surga dan lain-lain," kata Wawan.
Perempuan Rentan Terjerumus Aksi Radikalisme
Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kemen PPPA, Ratna Susianawati mengungkapkan maraknya pelibatan perempuan dalam aksi radikalisme dan terorisme, membuktikan perempuan lebih rentan terjerumus dalam jerat persoalan tersebut.
Baca juga: Penanganan Aksi Terorisme Tak Hanya dengan Penangkapan Jaringan Tapi juga Melawan Pemikiran Ekstrem
Untuk itu, diperlukan upaya pencegahan dari seluruh elemen masyarakat, khususnya melalui penguatan ketahanan keluarga sebagai unit terkecil dan pertahanan pertama dalam masyarakat.
“Adanya fenomena peningkatan pelibatan perempuan dalam aksi radikalisme dan terorisme menunjukan perempuan lebih rentan terlibat dalam persoalan ini. Hal ini disebabkan karena faktor sosial, ekonomi, perbedaan pola pikir, serta adanya doktrin yang terus mendorong bahkan menginspirasi para perempuan, hingga akhirnya mereka nekat melakukan aksi terorisme dan radikalisme,” kata Ratna dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (3/4/2021).
Ratna menambahkan kerentanan dan ketidaktahuan perempuan juga turut menjadi sasaran masuknya pemahaman dan ideologi menyimpang.
Baca juga: Penjual Senjata Kepada Penyerang Mabes Polri Ditangkap Densus 88 Antiteror di Banda Aceh
Sehingga, mereka kerap dimanfaatkan dalam aksi radikalisme dan terorisme.
“Selain itu, keterbatasan akses informasi yang dimiliki dan keterbatasan untuk menyampaikan pandangan dan sikap, juga turut menjadi faktor pemicu. Disinilah pentingnya ketahanan keluarga dan strategi komunikasi yang baik untuk membangun karakter anak dengan menginternalisasi nilai-nilai sesuai norma hukum, adat, agama, dan budaya,” jelas Ratna.
Terlebih menurut Ratna, pesatnya perkembangan teknologi informasi membuat paham radikal lebih cepat menyebar di masyarakat.
Baca juga: Sebut Aksi Teror di Mabes Polri dan Bom Makassar Punya Kesamaan, Mantan Napiter: Soal Pengkafiran
“Apalagi dengan kemajuan teknologi dan informasi saat ini, serta bervariasinya modus-modus kejahatan baru,a' katanya.
Untuk itu, ketahanan keluarga dan strategi komunikasi yang baik, sangat dibutuhkan sebagai pondasi dan filter dalam pengasuhan anak di keluarga.