Nyanyian para Terduga Teroris: Buat Bom dari Uang Infaq, Incar Pom Bensin dan Pipa Gas Pengalengan
Satu per satu para terduga teroris yang ditangkap Densus 88 buka suara, mereka membeberkan sejumlah rencana aksi terorisme hingga pembuatan bom.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para terduga teroris yang dicokok Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri satu per satu buka suara terkait keterlibatan mereka dalam aksi terorisme yang terjadi belakangan.
Setelah Husein Hasny, Ahmad Junaedi, Bambang Setiono, Wiloso Jati, dan Zulaimi Agus, kini giliran terduga teroris Andriawan alias Maliq yang memberikan pengakuannya.
Dalam rekaman video yang tersebar di kalangan awak media, Senin (5/4) kemarin, Maliq mengaku dirinya sempat bertugas sebagai bendahara untuk mengumpulkan dana melalui infaq.
”Saya dijadikan bendahara untuk mengumpulkan infaq dan sodaqoh dari majelis Yasin Walatif," kata Maliq.
Baca juga: Aziz Yanuar Beberkan Pemecatan Terduga Teroris Condet HH Tahun 2017 Silam dari FPI
Maliq menyampaikan uang infaq tersebut kemudian digunakan untuk membeli bahan baku bom aseton peroksida (TATP).
Maliq menuturkan dirinya membeli bahan baku pembuatan bom atas perintah Habib Husein Hasni dan Zulaimi Agus.
”Uang infaq tersebut saya gunakan untuk membeli aseton atas perintah Habib Husein dan Zulaimi Agus. Saya diperintahkan untuk membeli 15 liter aseton atau 3 dirigen untuk bahan pembuatan bom,” kata Maliq.
Tak hanya itu, Maliq juga menyatakan pernah diminta membeli remot yang dapat memicu peledak bom.
Selain itu, Maliq juga pernah diajarkan cara membuat bom.
”Saya disuruh Zulaimi Agus membeli remot sebagai pemicu bahan peledak. Saya pernah diajarkan tata cara membuat bom oleh Zulaimi Agus di rumah Habib Husein, tapi hingga saat ini saya belum bisa membuat bom," ungkap dia.
Baca juga: Reaksi Munarman Namanya Tertulis di Benda Mencurigakan di Depok dan Kesaksian Pedagang Buah Lontar
Selain terlibat mengumpulkan dana dan membeli bahan baku pembuatan bom, Maliq juga mengaku mengetahui perencanaan pembelian air keras yang bakal digunakan saat aksi demonstrasi.
”Saya mengetahui Habib Husein dan tim sudah membeli air keras yang akan digunakan pada saat ada demonstrasi," terangnya.
Di sisi lain, Maliq pun mengakui dirinya sebagai simpatisan FPI dan Habib Rizieq Shihab sejak awal tahun 2021.
"Saya atas nama Andriawan alias Maliq, saya sebagai simpatisan FPI atau HRS. Saya tergabung dalam grup Yasin Walatif sejak penembakan 6 laskar FPI dan penangkapan HRS FPI pada bulan Januari 2021," ujarnya.
”Saya ikut ke rumah Haji Popon mengisi ilmu kebal agar tidak sakit untuk persiapan demonstrasi. Demikian pernyataan yang saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada paksaan darimanapun," tukas dia.
Baca juga: Maling Spesialis Pencurian di Rumah Sakit, Keluarga Pasien Jadi Incaran, Begini Modusnya
Selain Maliq, terduga teroris Nabil Aljufri juga ikut memberikan pengakuannya.
Dalam rekaman video yang juga beredar di kalangan awak media, Nabil mengungkapkan dirinya pertama kali terlibat dalam pembuatan bom aseton peroksida (TATP).
Awalnya, Nabil mengaku sebagai simpatisan FPI sejak 2019 lalu.
Ia kemudian bergabung dengan jamaah pengajian Yasin Walatif.
Jamaah tersebut mayoritasnya merupakan simpatisan FPI dan Habib Rizieq Shihab.
”Saya atas nama Nabil Aljufri selaku simpatisan FPI tahun 2019. Saya mengetahui rencana pembuatan bom yang direncanakan oleh Habib Husein Hasni dan kelompoknya yang merupakan anggota dan laskar FPI dan simpatisan FPI," kata Aljufri.
Baca juga: Tersangkut Korupsi Asabri dan Disita Kejagung, Hotel Brothers Solo Baru Masih Terima Tamu
Nabil menjelaskan dirinya pernah diperlihatkan sebuah video uji coba pembakaran bahan peledak oleh terduga teroris lainnya bernama Bambang Setiono di rumahnya di Bandung.
Setelah itu ia menyetujui untuk mencari dukungan pembuatan bom di DPW FPI Kabupaten Bandung.
Dengan perhitungan dana pembuatan bom senilai Rp 500 ribu.
"Saya menyetujui mencari dukungan DPW Kabupaten Bandung atas nama Ustaz Budi Setiawan dan memberitahukan (pembuatan) bom dengan dana Rp 500 ribu," ungkap dia.
Nabil mengatakan pihaknya telah mengincar lokasi yang akan menjadi titik peledakan bom aseton peroksida (TATP) yang dibuat kelompoknya.
Dua lokasi yang menjadi target adalah pom bensin Pertamina dan pipa gas Pengalengan.
"Sasaran peledakan yaitu pom bensin Pertamina milik China dan pipa gas pangalengan," kata Nabil.
Baca juga: Rumah Terduga Teroris di Karawang Digeledah, Ini yang Diamankan Polisi
Ia juga menyatakan pihaknya telah membuat tim senyap untuk melancarkan aksi terornya tersebut.
"Saya mengetahui pembentukan tim senyap di Bandung yang dipimpin oleh Abah Asep selaku laskar FPI DPC FPI Pengalengan yang beranggotakan Angga, Dedi, Rizal, Saiful," ungkap dia.
Lebih lanjut Nabil menyebut motifnya merencanakan aksi peledakan kedua tempat tersebut sebagai aksi protes penangkapan Habib Rizieq Shihab.
"Tujuan untuk melakukan aksi teror kepada pemerintah sebagai wujud protes penangkapan Habib Rizieq Shihab dan pembubaran FPI," tukas dia.
Selain itu kata dia, aksi tersebut dibuat sebagai bentuk pembelaan terhadap kezaliman yang dialami para ulama.
"Saya pernah menyampaikan kepada DPD Jawa Timur yaitu Habib Ali tentang perencanaan melakukan aksi ini untuk wilayah lain sebagai wujud pembelaan terhadap kezaliman pemerintah terhadap ulama," tukas dia.
Baca juga: Terduga Teroris Belajar Ilmu Kebal di Sukabumi dan Misteri Abah Popon
Terkait aksi yang dilakukan para teroris, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono menyampaikan kelompok atau jaringan teroris di Indonesia kini mulai menyasar anak muda untuk bergabung sebagai anggota.
"Realitasnya bagaimana tantangan ke depan kelompok teror sudah menyasar anak muda. Ini jelas sekali ini perlu kita antisipasi kelompok-kelompok teror sekarang telah menyusur daripada anak-anak muda di negeri ini," kata Brigjen Rusdi dalam diskusi daring, Minggu (4/4).
Rusdi mencontohkan satu kasus terbaru adalah insiden bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dan penyerangan terduga teroris ZA di Mabes Polri.
Pelaku kedua aksi kejahatan itu sama-sama masih muda.
Baca juga: Penjual Senjata ke ZA dan Barang Bukti 23 Airgun Dibawa dari Banda Aceh ke Jakarta
Atas dasar itu, kata Rusdi, diperlukan persatuan dari kelompok moderat untuk dapat melawan narasi ataupun ajaran yang dapat mengarah terhadap tindak pidana teroris.
"Tidak kalah pentingnya dengan situasi kekinian Polri melihat pentingnya persatuan dari kelompok-kelompok moderat, jika tidak bersatu kelompok moderat ini maka kelompok kecil-kecil itu akan menguasai narasi sehingga akan membentuk opini publik yang sangat menyesatkan," ujar dia.
Polri, imbuh dia, mengajak masyarakat bersama-sama melawan dan menghentikan penyebaran paham terorisme di Indonesia.
"Ini perlu sekali karena permasalahan terorisme tidak masalah yang enteng. Tetapi masalah yang kompleks sehingga penyelesaiannya bisa melalui bagaimana potensi potensi sumber daya anak bangsa ini bergerak bersama untuk sama sama menghadapi daripada pemahamanan maupun aksi teror yang terjadi di tanah air," tukas dia.(tribun network/igm/dod)