Stafsus Presiden Bongkar Cara Pemerintah Bidik Program Vaksinasi Covid-19 di Kalangan Milenial
Pemerintah telah menyiapkan sejumlah cara untuk menggugah kepedulian dan partisipasi anak muda di program vaksinasi salah satunya dengan cara dialog.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah tengah gencar mensosialisasikan vaksinasi kepada masyarakat untuk meminimalisir risiko kesehatan yang disebabkan virus Covid-19.
Vaksinasi merupakan ikhtiar terakhir pemerintah, selain menggencarkan sosialisasi melakukan pencegahan 3M yakni dengan memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak serta pencegahan lainnya.
Namun butuh penanganan khusus untuk mensosialisasikan program vaksinasi di kalangan anak muda yang masih skeptis dan kritis dengan vaksinasi.
Staf Khusus Presiden RI dari kalangan milenial, Billy Mambrasar tak menampik anak muda lebih kritis dan lebih banyak alasan.
Artinya, jika alasan itu tidak logis dan tidak dapat diterima akal mereka, milenial merasa tidak perlu divaksin.
Baca juga: Wakapolda Metro Jaya Tinjau 2 Lokasi Vaksinasi Covid-19 di Jakarta Barat
Baca juga: Angka Kematian Penderita Covid-19 Meningkat, Epidemiolog: Perlu Evaluasi Program Vaksinasi
"Menurut mereka (milenial) jika tidak logis dan tidak acceptable mengapa saya harus (divaksin)," kata Billy saat diwawancara Radio Trijaya, Jumat (9/4/2021).
Oleh karena itu, dari sisi substantif pemerintah telah menyiapkan sejumlah cara untuk menggugah kepedulian dan partisipasi anak muda di program vaksinasi salah satunya dengan cara dialog.
Menurutnya dengan cara dialog dua arah atau memberikan ruang terbuka antara pemuda dan pemerintah.
"Kalo kami di pemerintah sudah mampu menerka pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul di kepala mereka ketika kami mencoba menjelaskan tentang vaksin tersebut," katanya.
Dari sisi metodologi, untuk milenial di wilayah urban sosialisasi dapat dilakukan lewat media mainstream seperti TV, radio, podcast, media online, maupun media sosial.
"Mungkin mereka lagi ngopi sore, atau lagi di mobil mendengarkan radio, informasi ini bisa tersampaikan dimana pemerintah bisa membuka diri secara langsung," katanya.
Namun di daerah rural, dimana akses internet terbatas, pemerintah harus melakukan pendekatan secara langsung.
Misalnya langsung ke gereja bekerja sama dengan komunitas pemuda gereja di wilayah tersebut.
"Aksesibilitas penetrasi internet di NTT, Maluku, Papua itu kurang dari 5 persen tidak seperti di Pulau Jawa yang hampir 75 persen," ujarnya.
"Beda tempat beda cara untuk mengkomunikasikan vaksin itu sendiri, walaupun sama-sama milenialnya," kata Billy.