Imam Syamsi Ali: 1.400 Muslim Jadi Anggota Kepolisian New York, Polwan Berjilbab Tak Masalah
Banyak muslim di AS yang berkontribusi untuk kemajuan negara, bukan menjadi benalu bagi negara AS.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Imam Masjid Islamic Center of New York Muhammad Syamsi Ali menceritakan bagaimana umat Islam di Amerika Serikat (AS), khususnya di kota New York berbaur dengan masyarakat dan menjadi Islam yang moderat.
Banyak muslim di AS yang berkontribusi untuk kemajuan negara, bukan menjadi benalu bagi negara AS.
Bahkan 1.400 anggota kepolisian di kota New York adalah muslim, dimana polisi wanitanya (Polwan) diperkenankan mengenakan jilbab saat bertugas.
“1400 anggota kepolisian di New York adalah muslim, Polwan memakai jilbab tidak masalah,” kata Imam Syamsi Ali saat melakukan wawancara dengan Tribun Network, Selasa (21/4/2021).
Imam Syamsi Ali menceritakan kalau umat Islam di AS adalah muslim yang dewasa, termasuk dalam menyikapi berbagai perbedaan yang ada.
Namun ia tidak menampik adanya muslim kelompok radikal di AS, sebagaimana di negara-negara lainnya.
“Kelompok seperti ini di AS termarjinalkan dengan sendirinya, karena biasanya umat Islam disini Alhamdulillah dengan lingkungan itu lebih dewasa dalam menyikapi banyak hal,” ujarnya.
Masyarakat muslim di AS adalah masyarakat yang moderat, dalam arti tidak perlu ditakuti.
Baca juga: Muhammad Syamsi Ali Galau Berkepanjangan Saat Jadi Imam Masjid Islamic Center of New York
Justru warga AS sendiri merasa muslim adalah umat Islam yang baik dan orang AS yang baik, dan tak jarang menempati jabatan-jabatan strategis di pemerintahan.
“Ada yang menjadi anggota kongres, ada yang jadi walikota dan bermacam-macam. Umat Islam semakin terekspose,” ujarnya.
Untuk menghadapi Islamophobia di AS, muslim AS menghadapinya dengan menunjukkan karakter Islam yang sebenarnya dan praktik-praktik yang baik.
Menurut Imam Syamsi Ali, ini salah satu cara untuk meyakinkan warga AS bahwa Islam bukan ancaman, melainkan partner untuk menjadikan Amerika dan dunia yang lebih baik.
“Kalau ke kota New York jangan lagi heran kalau di kereta api bawah tanah dimana-mana orang berjilbab. Sudah tidak ada masalah,” ujarnya.
Membalik stigma di AS menurutnya bukan hanya harus dilakukan dengan kata-kata atau ceramah yang berapi-api, namun dengan praktik.
Seperti melakukan dialog antar umat beragama yang salah satu caranya dengan membagikan makanan kepada orang miskin, bekerja sama dengan kelompok agama lainnya.
“Satu program nusantara di AS ini apa yang disebut midnight run, lari tengah malam, yang maksudnya membagi-bagikan makanan setelah tengah malam kepada homeless di kota New York,” ujarnya
Menurut Imam Syamsi Ali dakwah bukan hanya bisa dilakukan dengan ceramah yang efeknya hanya 10-15 persen, namun selebihnya adalah menunjukkan ketauladanan.
Maka menurutnya jika ingin merubah persepsi orang lain tentang Islam, umat Islam itu sendiri harus merubah dirinya masing-masing.
“Artinya kedewasaan umat Islam di AS. Sehingga kelompok radikal itu akhirnya termarjinalkan dengan sendirinya,” ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.