Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Memaknai Hari Bumi Sebagai Pengingat untuk Melestarikan Alam

Chriswanto mengatakan memulihkan bumi bukan hanya karena  peduli dengan alam, tetapi karena kita hidup di atasnya.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Memaknai Hari Bumi Sebagai Pengingat untuk Melestarikan Alam
dok LDII
LDII telah menanam lebih dari 3,5 juta pohon di seluruh Indonesia sejak tahun 2008 dengan tingkat kematian tujuh persen 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum DPP LDII, Chriswanto Santoso, memandang Hari Bumi menjadi pengingat umat manusia, agar peduli dan melestarikan alam di sekitar tempat tinggal atau lingkungannya, bahkan alam.

Setiap tahun pada 22 April seluruh dunia merayakan Earth Day atau Hari Bumi Internasional. Tahun ini, tema yang diangkat "Restore Our Earth" atau Pulihkan Bumi Kita.

Seperti biasanya, sejak dicanangkan pada 1970, Hari Bumi Internasional selalu mengangkat tema-tema lingkungan yang relevan.

Baca juga: Peringati Hari Bumi, KLHK dan Stakeholder Luncurkan Buku Tata Kelola Persampahan di Indonesia

“Karena sebuah ekosistem, termasuk manusia di dalamnya, bakal rusak bila tak dirawat,” ujarnya, dalam keterangan yang diterima wartawan, Senin (26/4/2021).

Chriswanto mengatakan memulihkan bumi bukan hanya karena  peduli dengan alam, tetapi karena kita hidup di atasnya.

"Kita semua membutuhkan bumi yang sehat untuk mendukung kehidupan dan kelangsungan hidup manusia," ujarnya.

BERITA REKOMENDASI

Bumi yang sehat bukan hanya pilihan tetapi menjadi kebutuhan. Ia menambahkan, bumi yang sehat bukan hanya milik kita tetapi juga milik generasi mendatang, untuk itu wajib kita lestarikan. 

Baca juga: Cara Unik Peringati Hari Bumi, Bagi-bagi Tanaman Hias Penghasil Oksigen ke Pengunjung Mal

Menurut Chriswanto, Hari Bumi yang digagas oleh Senator Amerika Serikat Gaylord Nelson, seorang pengajar lingkungan hidup, pada tahun 1970 memang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap bumi sebagai tempat tinggal umat manusia.

Bumi terus menghadapi pemanasan global, akibat pertumbuhan industri yang tak ramah lingkungan dibarengi dengan deforestasi atau penggundulan hutan.

“Ironi, bila kesejahteraan manusia dibangun di atas penderitaan alam. Terkait deforestasi, LDII telah mencanangkan gerakan Go Green pada lahan-lahan gundul, baik di pesisir maupun pegunungan,” ujar Chriswanto.

Baca juga: Hari Bumi, Ketum LDII Sebut Tanam Pohon Bagian dari Sedekah

Di DKI Jakarta, warga LDII Jakarta Selatan, membuat sumur biopori atau sumur resapan untuk menjaga air tanah. 


Bagi LDII, menjaga alam adalah bagian dari ibadah, Nabi SAW bersabda, “tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia, binatang ataupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat,” ulas Chriswanto menyitir hadist yang diriwayatkan Imam Muslim. 

Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor yang juga Ketua DPP LDII, H. Sudarsono, gerakan peduli lingkungan LDII, juga dibangun melalui pengembangan SDM yang mempunyai pemahaman tentang pentingnya membantu mengatasi berbagai isu lingkungan.

“Di provinsi yang telah melaksanakan gerakan Go Green dibentuk tim pemantau – Satgas Go Green, yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan pohon-pohon yang ditanam,” ujar Sudarsono. 

Ia mengatakan, LDII telah mencatatkan diri sebagai organisasi masyarakat (Ormas) Islam yang telah mencanangkan isu lingkungan sebagai salah satu fokus perhatian. Dengan gerakan Go Green yang telah dimulai sejak tahun 2008.

“LDII telah menanam lebih dari 3,5 juta pohon di seluruh Indonesia dengan tingkat kematian tujuh persen,” ujarnya. 

Selain itu, sampah organik dan anorganik juga merupakan masalah penting yang dihadapi oleh penduduk dunia saat ini, terutama di daerah perkotaan. Pengelolaan sampah rumah tangga perkotaan telah menjadi permasalahan berkepanjangan, termasuk di Indonesia. 

Warga LDII di Tangerang, Kemal Pasya pendiri Abu & Co telah memulai mengelola sampah di perumahan Bumi Serpong Damai (BSD) lebih dari 20 tahun. Sampah-sampah organik dan anorganik tersebut diolah kembali agar bernilai ekonomi, “Hasilnya berupa bahan daur ulang, briket, kerajinan tangan, magot pakan ternak, hingga arang,” ujar Kemal Pasya. Sampah organik diolah menjadi pupuk, sehingga tidak berakhir di TPA, mencemari lingkungan dan menciptakan polusi bau. 

Warga lain LDII, Erni Nandang, secara terus menerus mengkampanyekan pemanfaatan sampah daur ulang, untuk dijadikan produk yang bernilai ekonomi melalui berbagai pelatihan yang digagasnya di wilayah Cilacap dan sekitarnya. 

Untuk upayanya ini, Erni bahkan pernah mendapatkan penghargaan MURI dalam upaya uniknya menciptakan gaun pengantin berbahan baku plastik bekas.

Salah satu program kerja LDII, menempatkan lingkungan hidup sebagai fokus utama. Menurut Sudarsono, sampah plastik telah menjadi problema besar karena selain mencemari daratan hingga lautan, karena sangat sulit dan lama terurai.

Bahkan ketika terurai menjadi mikroplastik tetap akan menjadi penyebab masalah lingkungan pada masa mendatang. “Hasil pembakaran plastik bisa dihirup manusia, mikroplastik bisa termakan oleh hewan, yang berpotensi memicu masalah kesehatan,” imbuhnya. 

Menurut Sudarsono, DPP LDII telah dan akan terus mendorong pemahaman tentang pentingnya isu lingkungan di lingkup pondok pesantren dan sekolah formal yang bernaung di bawah LDII. Selain itu, instrumen organisasi di tingkat pusat (DPP), provinsi (DPW), kabupaten dan kota (DPD), hingga kecamatan (PC) dan kelurahan (PAC) akan terus didorong untu melaksanakan program penyelamatan lingkungan.

Target LDII adalah mewariskan bumi yang sehat untuk keberlangsungan hidup manusia sehingga mewujudkan rahmatal lil ‘alamiin.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas