Azyumardi Azra: Poros Islam Sulit Terealisasi di 2024, ada 4 Alasannya
Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra menilai sulit terealisasi poros Islam di kontestasi Pemilu 2024.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra menilai sulit terealisasi poros Islam di kontestasi Pemilu 2024.
Sejauh ini ada dua partai politik berbasis agama Islam di Indonesia, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
“Susah walaupun sama-sama berbasis islam antara PKS dengan PPP,” ujar Pemerhati Politik Islam ini dalam Diskusi Virtual Moya Institute ‘Prospek Poros Islam dalam Konstestasi 2021, Jumat (7/5/2021).
Paling tidak menurut dia, ada empat alasan poros Islam sulit terealisasi.
Pertama, adanya konstestasi di partai-partai Islam itu sendiri, sehingga koalisi poros Islam itu hanya akan sebatas wacana.
“Kontestasi di antara partai-partai Islam itu sendiri. Walaupun sama-sama berbasis Islam antara PKS dengan PPP itu susah, nggak mudah. Mungkin PPP itu lebih senang bekerjasama dengan PDIP daripada PKS, misalnya,” jelasnya.
Kedua, kata dia, budaya politik (political culture) masyarakat Islam di Indonesia yang tidak kondusif untuk partai Islam. Karenanya meskipun mayoritas beragama Islam, itu tidak jadi jaminan besarnya dukungan kepada partai Islam.
“Ini mungkin terkait dengan distingsi Islam Indonesia itu yang prinsipnya itu fleksibel dan pokoknya bagaimana nanti saja. Walaupun berbagai penelitian menunjukkan Keislaman meningkat, kesalahen individualnya itu meningkat.”
“Saya sering mengkritik kesalehan itu meningkat tapi itu tidak diterjemahkan kepada keadaban publik. Sangat disayangkan kesalehan itu tidak diterjemahkan, tidak diaktualisasikan ke dalam sikap politik, walaupun kemudian pengamat asing melihat ‘Wah ini kalau semakin banyak yang pakai jilbab, maka kemudian ini partai islam akan menang.’ Tetapi seperti begitu kenyataannya,” ucapnya.
Baca juga: Pengamat: Pembentukan Poros Islam Buat Polarisasi Politik Makin Kuat
Ketiga adalah tidak adanya sosok pemimpin Islam yang kuat dari kalangan santri dan bisa diterima dan diusung oleh partai-partai Islam di Indonesia. “Jadi ini harus ditemukan,” tegasnya.
Terakhir kata dia, hegemoni partai-partai berbasis Pancasila.
Berbagai survei, kata dia, masih menunjukkan Partai-Partai berbasis Pancasila masih bercokol di posisi teratas, seperti PDIP, Golkar dan Gerindra.
“Ini juga jadi masalahnya, apakah bisa menantang hegemoninya ini. Karena dengan hegemoninya yang besar itu kemudian sulit bagi partai-partai Islam atau partai-partai santri ini untuk bisa berkiprah lebih leluasa. Itu susah,” jelasnya.
Anis Matta: Poros Islam Hanya Akan Buat Rakyat Kian Terbelah
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.