Qodari: Bobby Jadi Lawan Potensial Edy Di Pilgub Sumut 2024
Setidaknya, Qodari melihat tiga hal yang memiliki potensi konflik antara kedua kepala daerah itu akan berlangsung panjang dan besar.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari ikut mengomentari perseteruan antara Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi dengan Walikota Medan Bobby Nasution.
Setidaknya, Qodari melihat tiga hal yang memiliki potensi konflik antara kedua kepala daerah itu akan berlangsung panjang dan besar.
Pertama, perbedaan basis konstituen. Edy datang dari kelompok konstituen yang berbeda dengan Bobby.
Hal itu tercermin dari arahnya lebih kepada konstituen yang sama dengan Ustadz Abdul Somad (UAS).
"Edy dulu kampanye Pilgub dengan dukungan Ustadz Abdul Somad, seperti halnya UAS dukung Akhyar Nasution dalam Pilwako Kota Medan, di Desember 2020 yang lalu. Bedanya, Edy berhasil mengalahkan Djarot Saiful Hidayat. Sedangkan Akhyar dikalahkan Bobby Nasution. Jadi konstituennya itu memang kira-kira beda lah," kata Qodari melalui keterangannya, Senin (10/5/2021).
Kedua, perbedaan latar belakang. Adanya perbedaan latar belakang antara Edy dan Bobby sehingga mempengaruhi konsep, cara atau gaya kepemimpinan dan pendekatan berbeda dalam menjalankan pemerintahan.
Edy sebagaimana diketahui memiliki latar belakang militer, mantan Pangkostrad, sementara Bobby dari kalangan sipil.
Lanjut Qodari, konflik Edy dengan Bobby mengingatkan dirinya dengan konflik pada pertengahan tahun 2011 antara Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyu dengan Walikota Solo Joko Widodo.
Menurutnya, kala itu Bibit menyebut Jokowi ‘bodoh’ karena menolak rencana pembangunan mal di atas lahan bangunan kuno bekas Pabrik Es Saripetojo yang berlokasi di Purwosari, Laweyan Solo.
“Terus terang saya lihat Pak Edy ini perseteruan dengan Mas Bobby itu teringat dengan Pak Bibit Waluyo. Dulu Gubernur Jawa Tengah yang pernah berseteru dan menyebut Pak Jokowi bodoh ketika itu, Pak Jokowi adalah Walikota Solo, kebetulan memang latar belakang Pak Edy ini mirip banget dengan Pak Bibit, sama-sama militer, sama-sama pernah menjadi Panglima Kostrad. Bibit berseteru dengan Jokowi. Mirip Edy vs Bobby sekarang ini,” ujar Qodari.
Baca juga: Gubenur Sumut Balas Sindir Bobby Menantu Jokowi, Ada Apa?
Ketiga, ada nuansa kompetisi terselubung. Qodari memprediksi perseteruan akan panjang karena selain beda konstituen, Edy bisa saja melihat Bobby sebagai lawan potensial untuk masa jabatan kedua di Pilgub Sumut 2024.
"Jadi memang dalam konteks ini keputusan-keputusan kebijakan publik itu menjadi lebih rumit karena bisa jadi bersinggungan dengan analisa atau kalkulasi politik lah katakanlah begitu, ke depan, perseteruan akan panjang karena selain beda konstituen, Edy bisa saja melihat Bobby sebagai lawan potensial untuk masa jabatan kedua di Pilgub Sumut 2024," ucapnya.
Selain itu, menurut Qodari fenomena perselisihan antara kepala daerah bukan hal yang baru.
Contoh wilayah lain yang bersitegang yaitu Provinsi Lampung, yakni Gubernur Ridho Ficardo berselisih dengan Walikota Bandar Lampung Herman Hasanusi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.