Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Badai Siklon Seroja Sebabkan Kerusakan Terumbu Karang di TN Perairan Laut Sawu

Hasil survei menunjukkan indikasi kuat bahwa siklon Seroja menyebabkan kerusakan cukup besar pada terumbu karang meskipun tidak merata di semua tempat

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Badai Siklon Seroja Sebabkan Kerusakan Terumbu Karang di TN Perairan Laut Sawu
Foto: Dhika Rino Pratama/YKAN
Gundukan daratan baru yang terbentuk di sekitar Pulau Dengka, Kabupaten Rote Ndao.Ini merupakan dampak dari badai siklon Seroja. 

TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (Balai KKPN) Kupang didukung Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) mengungkapkan bahwa siklon tropis seroja berdampak pada terumbu karang di Taman Nasional (TN) Perairan Laut Suwu.

Hal ini diketahui melakukan survei awal untuk memantau kondisi terumbu karang pascabencana, termasuk mengidentifikasi kerusakan dan perubahan sebaran terumbu karang dari data awal yang dimiliki pada tanggal 22 – 29 April 2021.

Kepala BKKPN Kupang Imam Fauzi menjelaskan bahwa survei cepat dilakukan di 19 titik lokasi di sekitar perairan Kota Kupang, Kabupaten Kupang, dan Kabupaten Rote Ndao.

Hasil survei menunjukkan indikasi kuat bahwa siklon Seroja menyebabkan kerusakan cukup besar pada terumbu karang meskipun tidak merata di semua tempat. 

"Survei dilakukan dengan metode pemetaan menggunakan drone untuk memantau secara cepat kerusakan terumbu karang dengan cakupan yang luas secara spasial, dan metode transek sabuk pada tubir terumbu dan rataan karang melalui pengamatan langsung dengan snorkeling untuk mendapat informasi kerusakan karang," kata Imam dalam keterangannya, Kamis (27/5/2021).

Dari 7 lokasi terumbu karang di Teluk Kupang dan perairan sekitarnya, terlihat bahwa di perairan sekitar Kuanheum dan Lifuleo tidak terdampak oleh siklon Seroja.

Sekitar perairan Alak dan Nitneo terdampak sedang dan di wilayah Kelapa Lima, Pasir Panjang, serta Namosain kondisi terumbu karangnya sangat terdampak. 

BERITA REKOMENDASI

“Survei kondisi terumbu karang pascabencana ini penting untuk dilakukan karena wilayah dampaknya mencakup kawasan konservasi laut yang mempunyai keanekaragaman hayati tinggi," lanjutnya.

Sementara hasil survei di 12 lokasi pada Kabupaten Rote Ndao, menunjukkan bahwa di perairan wilayah Sedeoen, Mbueain, Pulau Nuse, Faifua, Papela, dan Tesabela tidak ditemukan dampak.

Perairan Maubesi, Sotimori, dan Siomeda terdampak sedang; dan dampak badai Seroja sangat besar terdapat di perairan Tolama, Dengka, serta Tua Natuk. 

Rusydi, pakar kelautan dari Universitas Muhammadiyah Kupang, menjelaskan bahwa kerusakan berat ditandai oleh banyaknya karang masif, bercabang, dan karang foliose yang berserakan dan menumpuk membentuk gundukan memanjang sejajar garis pantai dengan luas tertentu.

Sebagai contoh pada wilayah perairan Tolama sampai dengan Tuanatuk, panjang gundukan sekitar 8 kilometer dan tinggi gundukan berkisar 1-3 meter dari dasar laut.

Baca juga: Jaringan Listrik di NTT Sudah 100 Persen Pulih Usai Terdampak Badai Seroja


Pada area yang sangat terdampak, nyaris tidak ada karang hidup pada radius sekitar 10 meter dari gundukan koral.

Pada tanggal 3 April 2021 badai siklon Seroja melanda 21 kabupaten/kota di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Menurut catatan Badan Meteorologi Klimatologi (BMKG), kecepatan badai siklon Seroja ini mencapai 75 km/jam.

Badai ini memicu terjadinya banjir bandang, tanah longsor, serta angin kencang yang menyebabkan rusaknya berbagai sarana dan parasarana.

Selain kerugian material, badai ini juga berdampak pada kondisi terumbu karang di wilayah ini, sehingga dapat merusak fungsi ekologis dan mengancam fungsi ekonomi yang akan merugikan masyarakat pesisir, khususnya nelayan dan petani rumput laut.

Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman mengatakan tindak lanjut dari survei ini akan dilakukan analisis data untuk mendukung kajian lebih rinci dampak badai Seroja terhadap ekosistem terumbu karang.

"Sebagai negara kepulauan dengan ancaman bencana yang tinggi, kajian ini sangat dibutuhkan dalam merancang langkah-langkah penanganan ekosistem terumbu karang pasca bencana secara nasional,” ujar Ilman.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas