Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rizal Ramli: Kebangkitan Nasional Momentum Ubah Demokrasi Kriminal Jadi Bersih

Rizal Ramli menyebut kebangkitan Nasional harus menjadi momentum untuk mengubah demokrasi kriminal menjadi demokrasi yang bersih dan amanah.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Rizal Ramli: Kebangkitan Nasional Momentum Ubah Demokrasi Kriminal Jadi Bersih
Tribunnews/Herudin
Ekonom Rizal Ramli (kiri). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom senior Rizal Ramli menyebut kebangkitan Nasional harus menjadi momentum untuk mengubah demokrasi kriminal menjadi demokrasi yang bersih dan amanah.

Disamlaikan Rizal dalam orasi kebangsaan pada acara yang bertemakan “113 Tahun Kebangkitan Nasional Kebangkitan Seluruh Rakyat Indonesia: Jalan Keadilan dan Kemakmuran”, Jumat (28/5/2021).

Rizal Ramli menyebut, dengan mengubah demokrasi kriminal menjadi demokrasi yang bersih, maka demokrasi akan bekerja untuk keadilan dan kemakmuran rakyat. Tidak hanya menjadi pesuruh oligarki, elite, dan dinasti kekuasaan politik dan ekonomi.

“Hanya dengan jalan perjuangan itu, demokrasi bisa bermanfaat untuk memberikan keadilan, kemakmuran dan kejayaan untuk seluruh bangsa Indonesia,” ujar Rizal.

Baca juga: Stafsus Sri Mulyani: Rizal Ramli Terburu Nafsu Serang Menkeu 

Terkait dengan adanya pertanyaan tentang peluang Indonesia keluar dari krisis multidimensi, ucap Rizal, ia optimis peluang itu sangat terbuka lebar.

Rizal berujar, syaratnya seluruh potensi rakyat Indonesia digerakkan dan semua potensi strategis dan sumber alam nasional benar-benar dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat Indonesia.

Berita Rekomendasi

"Dengan begitu kita akan cepat keluar dari krisis multidimensi ini," ucapnya.

Baca juga: Alasan MK Tolak Gugatan Rizal Ramli Terkait Ambang Batas Pencalonan Presiden

Menurut Rizal, ekonomi nasional harus dikelola dengan melaksanakan Ekonomi Konstitusi UUD'45. Yaitu ekonomi dari, dengan, dan untuk kemakmuran rakyat Indonesia.

“Bukan ekonomi neoliberalisme yang menjadi pintu masuk neo-kolonialisme baru, dan bukan kegiatan ekonomi yang lokasinya di Indonesia, tapi manfaat dan nilai tambahnya untuk kemakmuran orang asing,” imbuhnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas