Ketua DPR: Pendidikan Tinggi Harus Bangun Manusia Indonesia yang Cinta Tanah Air
Dia tegaskan, manusia Indonesia yang menghormati nilai luhur budaya bangsa memahami akar kepribadian bangsa
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Malvyandie Haryadi
“Artinya institusi pendidikan tinggi tidak bisa hidup hanya di dalam batasan dinding-dinding kampus atau di dalam menara gading, melainkan institusi pendidikan tinggi harus hidup di tengah masyarakat, mengakar kepada ilmu pengetahuan dan berbuah untuk kebaikan bangsa dan negara,” ucap Puan.
Institusi pendidikan tinggi seperti Universitas harus melihat dunia di luar kampus atau di luar menara Gading sudah berubah dengan cepat. Universitas harus mau membuka diri untuk dapat cepat beradaptasi dengan perkembangan zaman dan dapat mengantisipasi berbagai tantangan permasalahan baru yang terus bermunculan setiap harinya.
“Kita ingin institusi pendidikan tinggi justru menjadi pendobrak yang menghadirkan perubahan zaman, bukannya digulung oleh ombak perkembangan zaman,” tegasnya.
Dia pun mencontohkan tantangan saat ini yakni kemajuan teknologi seperti Revolusi Industri 4.0 yang mana peran robotik, kecerdasan buatan Blockchain dan crupto, serta algoritma kesadaran akan menggantikan peran manusia dalam menangani pekerjaan.
Kata Puan, yang terjadi bukan saja pergantian generasi secara biologis, tetapi pergantian gaya hidup, jenis pekerjaan dan pandangan terhadap identitas diri.
“Kita melihat sendiri, perkembangan teknologi saat ini sudah cepat yang bahkan tambah dipercepat adopsinya atau penggunaannya dengan adanya pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, begitu banyak kegiatan yang dilakukan secara online karena adanya pembatasan jarak fisik dan pembatasan dalam berkumpul dengan jumlah yang besar,” jelasnya.
Lebih jauh ia mengatakan pembatasan ini membuat semakin cepatnya perkembangan teknologi di luar negeri, mulai dari dikembangkannya artificial intelligence (kecerdasan buatan) untuk membuat makalah penelitian, ilmiah dan akademis.
“Bahkan sudah ada penelitian dan pengembangan untuk melihat apakah artificial intelligence dapat digunakan dalam membuat makalah penelitian atau makalah akademis,” jelasnya.
“Apakah kampus-kampus di Indonesia sudah siap menghadapi semuanya itu? Apakah dosen dan peneliti kita sudah memiliki perangkat keahlian jika nantinya harus bersaing dengan artificial intelligence? Mungkin semuanya terdengar seperti cerita dalam film atau novel fiksi, tetapi semuanya sudah nyata di depan kita,” katanya.
Karena itu Puan mendesak universitas atau institusi pendidikan tinggi perlu segera beradaptasi untuk dapat membekali para mahasiswa serta para dosen dan tenaga pengajarnya agar memiliki daya saing dan keunggulan di tengah dunia yang penuh dengan kemajuan teknologi seperti sekarang.
“Baik itu adaptasi dari penjurusan dan mata kuliah yang diajarkan pemberian keahlian tambahan untuk para tenaga pengajar, kelengkapan alat bantu dalam kegiatan belajar dan banyak hal lainnya,” ucapnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.