Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Prajurit Kopassus Sintong Panjaitan Dikepung Warga Lembah X Pegunungan Jaya Wijaya Papua

Terjung di sebuah lembah tak terkenal dan langsung dikerubuti warga dari suku lembah itu, sungguh mendebarkan.Ini dialami Sintong Panjaitan

Penulis: Febby Mahendra
Editor: cecep burdansyah
zoom-in Prajurit Kopassus Sintong Panjaitan Dikepung Warga Lembah X Pegunungan Jaya Wijaya Papua
Podcast kanal YouTube Puspen TNI
Letnan Jenderal TNI Sintong Panjaitan menyebut jika komunis sudah tidak ada di Indonesia. 

Ternyata barang itu berupa sepotong daging dan kulit berlemak. Warga Lembah X berteriak ramai-ramai, “Nyap-nyap e!!!Nyap-nyap e.” Meski sintong tak memahami arti kalimat itu, ia menduga nya-nyap e artinya  makan lah.

Sintong langsung memakan daging mentah itu. Warga Lembah X yang melihat sikap Sintong  tampak lega. Mereka bersorak-sorai melambangkan kegembiraan.

Di kemudian hari diketahui, seseorang yang mau makan pemberian mereka, diterima sebagai seorang sahabat. Setelah itu seorang warga setempat berjalan mengendap-endap mendekati Sintong kemudian menyentuh tangannya dari belakang.

Kemudian orang itu berbicara dengan kawan-kawannya. Mungkin  ia mengatakan orang yang jatuh  dari atas dan tidak mati itu sama seperti mereka.

Atas saran Pierre D Gaisseau, anggota tim membawa kain merah untuk pengikat kepala dan cermin kecil. Sintong kemudian membagikan dua benda itu kepada warga Lembah X.

Kejadian unik lainnya muncul ketika pesawat Dakota yang sebelumnya membawa tim, terbang di atas lokasi. Suara gemuruh pesawat itu mengakibatkan warga Lembah X lari tunggang langgang.

Kesempatan itu dipakai Sintong untuk mencari anggota tim lainnya. Di hari-hari berikutnya komunikasi antara anggota tim dengan warga Lembah X berlangsung lancar.

Berita Rekomendasi

Sintong yang sangat komunikatif, dalam beberapa hari saja sudah mampu berkomunikasi dengan warga setempat, menggunakan bahasa suku Lembah X.  Setelah kedatangan Sintong cs, jika di sebuah kampung terdapat kwitnang alias perempuan, di tengah jalan setapak dipasang rambu-rambu dilarang masuk, dengan menancapkan dahan di tengah jalan.

Sebenarnya para perempuan juga bersikap baik terhadap tim. Ketika para perempuan melihat Sintong akan lewat di sebuah jalan setapak, mereka memberi ketimun dan tebu yang ditinggalkan di tengah jalan. Sintong yang mengetahui hal itu pura-pura tidak tahu, namun para perempuan itu kemudian berteriak-teriak agar Sintong mengambilnya. (*)

*Dikutip dari buku ‘Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando’, karya Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, Maret 2009.

Baca juga: Ani Yudhyono Berteriak Histeris dan Nyaris Pingsan di Kamar Mayat

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas