Anis Matta: Kita Butuh Pemimpin Kombinasi 'Bung Karno dan 'Pak Harto'
Pemimpin ini diharapkan bisa membawa kemajuan bagi Indonesia ke depan sebagai pemain global, menjadikan Indonesia masuk
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA--Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menyampaikan kriteria seorang pemimpin yang layak didukung sebagai calon presiden (capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Pemimpin ini diharapkan bisa membawa kemajuan bagi Indonesia ke depan sebagai pemain global, menjadikan Indonesia masuk lima besar dunia.
"Saya konsen dengan narasi besar, tapi juga harus disertai pencapaian delivery yang besar juga. Yang kita perlukan kepemimpinan ke depan adalah kombinasi antara Bung Karno (Sukarno) dan Pak Harto (Suharto)," kata Anis Matta dalam keterangannya, Selasa (8/6/2021).
Hal itu disampaikan Anis Matta saat menjadi narasumber dalam Channel You Tube Akbar Faizal Uncensored milik politisi dan mantan Anggota DPR, Akbar Faizal.
Baca juga: G7: Ratusan Mantan Pemimpin Dunia Desak Negara Kaya untuk Bantu Vaksinasi Negara-negara Miskin
Indonesia ke depan, menurut Anis Matta, butuh pemimpin yang visioner dan sekaligus seorang eksekutif yang bisa mengkonsolidasikan orang-orang hebat untuk melakukan pencapaian luar biasa
"Kita tidak kekurangan kemampuan yang orang hebat di indonesia, tetapi kita kekurangan orang yang bisa mengkosolidasi orang-orang hebat itu. Kalau kita bisa mengkonsolidasi orang-orang hebat itu dalam satu arah, saya yakin Insya Allah bangsa ini akan bisa melakukan pencapaian yang luar biasa," tegasnya.
Anis Matta menjelaskan, pemimpin kombinasi yang dia maksud adalah pemimpin yang memiliki jiwa seorang orator ulung dan bisa menguasai panggung, guna menyampaikan gagasan atau visinya dalam membangun Indonesia ke depan kepada masyarakat.
Baca juga: Wamenkumham: Pasal Penghinaan Terhadap Presiden dalam Draf RUU KUHP Beda dengan yang Dicabut MK
Namun di sisi lain, kata dia, pemimpin tersebut juga mampu bekerja efektif dan detil dari balik meja kerjanya untuk mewujudkan visinya itu dengan melibatkan orang-orang hebat di pusat dan daerah.
"Bung Karno wawasanya luar biasa, seorang visioner dan bisa mengkonsolidasi negara-negara Asia-Afrika. Kalau Pak Harto, itu kaya akan eksekusi, dia bener-bener seorang leader yang efektif, sehingga rencananya bisa terlaksana dengan baik selama 32 tahun. Cuman dalam sistem demokrasi, kita perlu orang yang bisa menggabungkan ini. Orang panggung dan dalam waktu yang sama berada dalam ruangan, bekerja secara efektif dan detil," jelas Anis Matta.
Ketua Umum Partai Gelora Indonesia menegaskan, pemimpin kombinasi ini juga diperlukan menghadapi perubahan-perubahan fundamental aliansi global baru. Dimana krisis akibat pandemi Covid-19 akan melahirkan kesepakatan tatanan dunia baru.
"Krisis ini akan mendekontruksi ulang tatanan global sekarang, dan saya yakin dekade 20 tahunan ini kita akan menyaksikan perubahan-perubahan fundamental, akan ada pembentukan aliansi global baru, akan ada kesepakatan tatanan dunia baru," katanya.
Baca juga: Presiden Jokowi Terbitkan Keppres Satgas Percepatan Investasi
Dunia saat ini sedang 'diobok-obok' pandemi Covid-19, yang tidak diketahui kapan akan berakhir, termasuk negara-negara yang menjadi pemenang dalam menghadapi krisis tersebut. Negara yang bisa survive dari krisis nantinya, yang akan memimpin aliansi global baru dalam membentuk tatanan dunia baru.
"Ini semuanya belum terjadi, karena pandemi sedang mengobok-obok dunia sekarang. Nanti yang survive dari sini, yang akan sukses. Inilah yang harus disiapkan Indonesia dari sekarang dalam periode dekade 20 tahunan, karena krisisnya tengah berproses" ujarnya.
Karena itu, lanjutnya, Indonesia membutuhkan arah sejarah baru yang menjadi spektrum atau plaform dalam menghadapi 'kekacauan' tahun-tahun ke depan ini, akibat krisis global pandemi.
Baca juga: PTTUN Menangkan Presiden Jokowi atas Pemecatan eks Komisioner KPAI Sitti Hikmawatty
"Jika pertimbangannya masih kekuasaan, dan pemerintahan koalisi itu tidak punya arah, di dalamnya hanya untuk mempertahankan kekuasaan, maka korbannya adalah pemerintahan itu tidak berjalan efektif," tandasnya.
Akibat pemerintahan tidak berjalan efektif tersebut, maka tidak mengherankan apabila seringkali terjadi reshuffle kabinet. Padahal jika dilihat, hal itu bukan merupakan kesalahan dari menterinya, melainkan leader atau pemimpinnya yang tidak bisa mengkonsolidasikan bawahannya.
"Jadi yang kita perlukan adalah arah baru, kompas baru. Bacaan kita terhadap krisis ini yang salah. Sekarang anda mempermudah persyaratan untuk investasi, tapi kan faktanya tidak ada investasi yang datang. Jika dalam pemerintahaan koalisi tidk punya arah, maka kita akan terjebak dalam persoalan teknis, setiap tahun akan ada resuffle," pungkas Anis Matta.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.