Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Epidemiolog Sebut Penanganan Pemerintah soal Lonjakan Covid-19 Bak Pemadam Kebakaran

Epidemiolog Masdalina Pane sebut penanganan pemerintah soal lonjakan kasus Covid-19 seperti pemadam kebakaran.

Penulis: Shella Latifa A
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Epidemiolog Sebut Penanganan Pemerintah soal Lonjakan Covid-19 Bak Pemadam Kebakaran
HandOut/Istimewa
ILUSTRASI - Suasana di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta memperingati di area Wisma Atlet, Selasa (10/11/2020). - Epidemiolog Masdalina Pane sebut penanganan pemerintah soal lonjakan kasus Covid-19 seperti pemadam kebakaran. 

TRIBUNNEWS.COM - Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane memberi tanggapannya soal lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi beberapa waktu ini.

Menurutnya, lonjakan kasus bisa diatasi dengan penanganan yang sistematis oleh pemerintah, dari awal.

Masdalina menerangkan, angka penambahan kasus Covid-19 sudah terlihat dalam 9 minggu terkahir.

Ketika covid-19 melonjak, kata Masdalina, penanganan pemerintah seperti pemadam kebakaran.

Baca juga: Pasien Covid-19 Melonjak Signifikan, IDI: Tenaga Kesehatan Alami Kelelahan

"Pengendalian di hulu jauh lebih baik dibandingkan di hilir. Kita selalu seperti pemadam kebakaran."

"Selalu, kalau sudah lonjakan kasus seperti ini, tergopoh mempersiapkan ini, itu," kata Masdalina, pada diskusi virtual MNC Trijaya FM, Sabtu (19/6/2021).

Dalam hal ini, Masdalina menyoroti soal varian baru Covid-19 dari India, yakni Delta.

BERITA TERKAIT

Ia pun menyinggung kebijakan Satgas Covid-19 tentang karatina bagi Warga Negara Asing (WNA) yang masuk wilayah Indonesia, hanya selama 5 hari.

Masdalina Pane dalam diskusi virtual MNC Trijaya FM
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane dalam diskusi virtual MNC Trijaya FM, Sabtu (19/6/2021).

Baca juga: IDI: Tingkat Hunian RS Covid-19 di Jakarta dan Bandung Sudah di Atas 80 Persen

Padahal, lanjut Masdalina, World Health Organization (WHO) menyarankan karantina dilakukan selama 14 hari.

"Cegah tangkal untuk varian baru dari luar negeri, bisa cegah tangkal melalui karantina 14 hari. "

"Sampai saat ini WHO belum merubah intern-nya, bahwa karantina harus dilakukan 14 hari," jelasnya.

Lanjut Masdalina, jika karantina 14 hari tak bisa diberlkakukan, pemerintah bisa menutup pintu masuk WNA, terutama India ke Indonesia.

"Banned. Tutup pintu masuk negara dari mereka (India)."

"Singapura, Amerika, Inggris menutup pintu masuk dari warga negara India," jelasnya.

Sebanyak 62 Warga Negara (WN) India dipindahkan dari Hotel Ibis Jalan KH Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (23/4/2021).
Sebanyak 62 Warga Negara (WN) India dipindahkan dari Hotel Ibis Jalan KH Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (23/4/2021). (TribunJakarta.com/Muhammad Rizki Hidayat)

Ketika varian baru ini sudah masuk ke Indonesia, pemerintah bisa memperketat karantina rumah bagi orang yang terkonfirmasi selama 14 hari.

Dikatakannya, karantina rumah jauh lebih efektif daripada wilayah, yang tentunya harus diawasi ektat oleh pemerintah.

"Jadi, mereka yang terkonfirmasi, yang kontak erat, langsung di-lock. Mengunci rumah jauh lebih efektif dibandingkan wilayah."

"Kunci rumah artinya, melakukan isolasi dan karantina bagi mereka yang, tapi dimonitor secara ketat 14 hari," tandasnya.

Pemerintah Teliti Keterkaitan Munculnya Varian Delta dengan Melonjaknya Kasus Covid-19 di Indonesia

Diberitakan Tribunnews sebelumnya, Pemerintah masih meneliti keterkaitan antara munculnya varian virus Corona di Indonesia dengan peningkatan kasus Covid-19 akibat libur panjang.

Untuk diketahui sejumlah varian virus Corona terutama varian Delta atau B1617.2 terdeteksi mendominasi penyebaran Covid-19 di DKI Jakarta dan Jawa Tengah.

"Perlu penelitian lebih jauh yang menghubungkan ditemukannya WGS (whole genome sequencing) dari varian-varian tertentu dengan peningkatan kasus itu," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito dalam Konferensi pers virtual yang disiarkan Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (17/6/2021).

Baca juga: Daftar Gejala Covid-19 Varian Delta dan Perbedaannya dengan Mutasi Lain: Lebih Terasa Seperti Flu

Berdasarkan hasil penelitian ilmiah di sejumlah negara, varian Delta termasuk dalam varian of concern yang tergolong berbahaya. Hanya saja kata Wiku, perlu penelitian lebih lanjut apakah virus yang berbahaya di suatu negara akan sama berbahayanya di negara lain.

"Kejadian itu di suatu negara juga harus diteliti apakah di negara lain berbahaya, apakah berbahaya di negara lainnya lagi," kata Wiku.

Menurutnya yang pasti kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia pasca Idul Fitri merupakan dampak dari mobilitas penduduk yang tinggi serta banyaknya kerumunan.

"Sebab polanya sama dengan kejadian di tahun lalu saat libur panjang," katanya.

Oleh karena itu kata Wiku untuk menekan meningkatnya kasus Covid-19, termasuk penyebaran varian Delta, masyarakat harus disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan 3M terutama dalam memakai masker.

"Karena dengan 3M itu apapun variannya pasti tidak akan meningkatkan penularan," pungkasnya.

Baca berita soal penanganan Covid lainnya

(Tribunnews.com/Shella Latifa/ Taufik Ismail)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas