27 Asrama Haji Jadi Tempat Isolasi Covid, Pasien Masih Positif Dipulangkan
Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan 27 asrama haji di seluruh Indonesia siap dijadikan alternatif ruang isolasi pasien Covid-19.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Agama RI Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan 27 asrama haji di seluruh Indonesia siap dijadikan alternatif ruang isolasi pasien Covid-19. Dia memperkirakan asrama haji ini dapat menampung 10 ribu pasien Covid-19.
"Ada sebanyak 3.308 kamar yang siap digunakan untuk pasien Covid-19. Kira-kira dapat menampung sebanyak 10 ribuan orang," kata Zainut melalui keterangan tertulis, Kamis (24/6/2021).
Zainut mengungkapkan ada tiga gedung asrama haji Pondok Gede yang telah disiapkan dan bisa menampung 556 pasien Covid-19.
Gedung A sebanyak 44 kamar dapat menampung 172 orang, Gedung B sebanyak 36 kamar, dapat menampung 144 orang, dan Gedung C sebanyak 24 kamar dapat menampung 240 orang.
Selain kesiapan asrama, Zainut menekankan pentingnya komunikasi dan koordinasi dengan Gugus Tugas Covid-19 dan Dinas Kesehatan setempat. Menurutnya, Kemenag hanya menyediakan kamar asrama sebagai ruang isolasi.
"Sementara tenaga medis, obat-obatan, tenaga pengaman dan konsumsi diserahkan kepada Pemda dan Dinas Kesehatan masing-masing," tutur Zainut.
Pada tahun 2020 lalu, Kementerian Agama telah memberikan persetujuan penggunaan asrama haji sebagai pilihan karantina sejak 1 April 2020. Sejak saat itu, sudah ribuan pasien yang menjalani proses karantina di asrama haji.
Baca juga: Tidak Semua Orang Positif Covid-19 Bisa Dirawat di Wisma Atlet, Ketahui Kriterianya
Angka keterisian tempat tidur isolasi di 140 RS rujukan Covid-19 DKI Jakarta, per Rabu (23/6) menyentuh 90 persen atau 8.874 pasien dari kapasitas 9.852 tempat tidur isolasi. Sementara tempat tidur ICU telah terisi 86 persen atau 1.048 pasien dari total kapasitas 1.218 tempat tidur.
Baca juga: Hampir Penuh, Pemakaian Tempat Tidur di Wisma Atlet Capai 90,22 %, Pemprov DKI Buka Rusun Nagrak
"Jumlah keterisian tempat tidur isolasi maupun ICU di RS rujukan Covid-19 di Jakarta juga hampir penuh," terang Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia.
Dwi menjelaskan Pemprov DKI akan terus berkolaborasi dengan pemerintah pusat dalam pemnyiapkan fasilitas isolasi mandiri terkendali di sejumlah wilayah.
Baca juga: PAN: Fungsikan Asrama Haji Menjadi Tempat Isolasi Pasien Covid-19
Seperti Rusun Nagrak yang punya kapasitas 2.500 tempat tidur, Wisma di Graha TMII dan Graha Ragunan, hingga penyediaan GOR sebagai tempat isolasi mandiri.
"Pemprov DKI Jakarta juga akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam menyiapkan fasilitas isolasi mandiri terkendali yang tersebar di sejumlah wilayah," tuturnya.
Nyaris Penuh
Sejumlah pasien yang masih positif Covid-19 diminta untuk meninggalkan Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Jakarta.
Hal ini dilakukan untuk memberi ruang bagi pasien baru yang kondisinya lebih buruk. Sebab, kondisi RS Wisma Atlet sudah penuh.
Salah satu pasien, James Andi Parinding mengatakan ia masuk ke RS Wisma Atlet bersama seluruh keluarganya, yakni ibu, bapak, dan dua orang adik.
James mengatakan, satu per satu anggota keluarganya positif Covid-19 sejak 9 Juni lalu dan dikirim ke RS Wisma Atlet.
Namun, kini mereka semua sudah kembali ke rumah meskipun masih ada yang positif Covid-19. "Sekarang semua keluargaku sudah keluar semua, cuma sebenarnya bokap sama nyokap saya masih positif, tapi disuruh pulang karena RS Wisma Atlet masih mau dimasukin pasien baru," kata Andi.
James mengatakan, kondisi ayah dan ibunya sudah membaik meski masih positif berdasarkan hasil swab test Polymerase Chain Reaction.
Dokter spesialis paru juga sudah memberi lampu hijau bagi ayah dan ibunya untuk isolasi mandiri di rumah. "Ya atas arahan dokter paru sih makanya di isoman di rumah," kata James.
Komandan Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Jakarta Letkol M Arifin mengakui pihaknya memulangkan pasien yang masih positif Covid-19.
Arifin memastikan bahwa para pasien yang dipulangkan itu sudah dalam kondisi baik, meski masih positif Covid-19 berdasarkan hasil tes polymerase chain reaction (PCR). Arifin menegaskan, tak ada yang salah dengan langkah itu.
Menurut dia, hal ini sudah sesuai aturan dari Kementerian Kesehatan. "Ya memang begitu, itu kan sesuai aturan Kemenkes," kata Arifin.
Arifin tak memerinci lebih jauh Peraturan Kemenkes yang ia maksud. Ia hanya memastikan setiap pasien yang akan dipulangkan dicek kondisinya oleh dokter spesialis paru.
Ia memastikan bahwa pasien yang dipulangkan tak akan menularkan virus corona meski masih dinyatakan positif berdasarkan tes swab PCR.
"Itu dia sudah tidak bisa menularkan lagi walaupun positif," kata Arifin.(Tribun Network/fah/dan/kps/wly)