Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Harmoko Meminta Soeharto Lengser Keprabon dari Jabatan Presiden:

Harmoko merupakan salah satu menteri yang paling lama menjabat selama pemerintahan Soeharto.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Kisah Harmoko Meminta Soeharto Lengser Keprabon dari Jabatan Presiden:
Kompas/JB Suratno
Harmoko saat menjabat sebagai Menteri Penerangan era Orde Baru. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Haji Harmoko, mantan menteri era Orde Baru yang legendaris, meninggal dunia tadi malam, Minggu (4/7/2021) pukul 20.22 WIB di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, dalam usia 82 tahun.

"Innalillahi wa innailaihi rojiun telah meninggal dunia Bapak H. Harmoko bin Asmoprawiro pada hari Minggu 4 Juli jam 20:22 WIB di RSPAD Gatot Soebroto. Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau dan mohon doanya insya Allah beliau husnul khotimah. Aamiin," demikian kabar yang diterima redaksi Tribunnews.com, Minggu (4/7/2021).

Harmoko merupakan salah satu menteri yang paling lama menjabat selama pemerintahan Soeharto.

Harmoko tiga kali dipercaya menjabat sebagai menteri penerangan era pemerintahan Orde Baru secara berturut-turut, mulai tahun 1983 hingga 1997.

Harmoko pula yang meminta Soeharto lengser keprabon, mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI setelah 32 tahun berkuasa menyusul aksi demonstrasi mahasiswa yang masih di banyak kota dan pecah aksi rusuh.

Awal mula permintaan mundur Soeharto oleh Harmokoyang saat itu menjabat sebagai pimpinan DPR/MPR RI berawal saat pada 18 Mei 1998, ribuan mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR. Mereka menuntut Soeharto mundur dari tampuk jabatan sebagai Presiden.

Baca juga: Mengenang Harmoko, Menteri Penerangan Pencetus Kelompencapir yang Rendah Hati dan Berwawasan Luas

Masih di hari yang sama, secara mengejutkan pimpinan DPR/MPR yaitu Harmoko, menyatakan dukungan terhadap gerakan mahasiswa dan aktivis. 

Ketua MPR/DPR RI Harmoko, Wakil Ketua Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur dan Fatimah Achmad (tidak nampak) saat menggelar konferensi pers di gedung DPR/MPR RI meminta Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI, Senin (18/5/1998).
Ketua MPR/DPR RI Harmoko, Wakil Ketua Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur dan Fatimah Achmad (tidak nampak) saat menggelar konferensi pers di gedung DPR/MPR RI meminta Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI, Senin (18/5/1998). (Kompas/Johnny TG)
Berita Rekomendasi

Secara mengejutkan Harmoko bersama pimpinan DPR MPR RI menggelar konferensi pers dan meminta Soeharto untuk mundur dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia.

"Dalam menanggapi situasi seperti tersebut di atas, Pimpinan Dewan, baik Ketua maupun Wakil-wakil Ketua, mengharapkan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, agar Presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri,"

kata Harmoko, dikutip dari arsip Harian Kompas yang terbit 19 Mei 1998.

Harmoko dikenal sebagai salah satu orang dekat Soeharto. Ia bahkan pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan sebelum akhirnya menjadi pimpinan parlemen.

Harmoko juga disebut-sebut sebagai orang yang selalu mendukung Soeharto untuk kembali menjadi Presiden, termasuk saat terpilihnya Soeharto sebagai Presiden untuk ketujuh kalinya dalam Sidang Umum MPR pada 10 Maret 1998.

Dibantah Wiranto

Namun, pernyataan pimpinan DPR itu dibantah Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto. Menurut Wiranto, pernyataan Harmoko adalah pendapat pribadi.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas