Arahan Moeldoko Bina Petani Garam Dapat Pujian
pemerintah sudah saatnya mendorong dan mengawal pemberdayaan petani garam untuk lebih terbuka terhadap teknologi
Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembinaan kepada para petani garam tradisional untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk, mencerminkan tanggung jawab pemerintah di tengah masih besarnya ketergantungan Indonesia terhadap garam impor.
Di luar semua itu, pemerintah sudah saatnya mendorong dan mengawal pemberdayaan petani garam untuk lebih terbuka terhadap teknologi yang pada saatnya memungkinkan tercapainya swasembada garam.
Baca juga: Moeldoko: Ada Pandangan Seolah Pemerintah Tak Kompak Tangani Pandemi Covid-19
Demikian disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP KNPI), Varhan Abdul Azis merespons dan mengapresiasi dorongan Kepala Staf Presiden Moeldoko, yang meminta pemerintah memastikan berjalannya pembinaan petani garam di daerah-daerah untuk memaksimalkan produksi garam rakyat.
Seperti diketahui, KSP Moeldoko dalam usulannya menyatakan keyakinan bahwa bila pembinaan tersebut dilakukan secara terarah dan berkesinambungan, pada saatnya Indonesia akan mampu menekan kebutuhan impor komoditas garam.
Baca juga: Moeldoko Sebut Ada Lalat Politik yang Bisa Ganggu Konsentrasi Penanganan Covid-19
Varhan Abdul Azis mengakui, ide Moeldoko itu pasti datang dari jiwa seorang patriot yang sudah lama tersiksa melihat kenyataan ironis yang ada di depan mata. Bagaimana tidak, kata Varhan, Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki luas laut 3,3 juta km2, dan garis pantai sekitar 100 ribu km, Indonesia masih saja termasuk pengimpor garam.
Berkenaan dengan usulan KSP Moeldoko, bagi Varhan hal tersebut bisa menjadi momentum yang kuat untuk memperbarui kembali niat Indonesia untuk mencapai swa-sembada garam.
Baca juga: Moeldoko Akui Penerapan PPKM Darurat Pilihan Sulit karena Berdampak pada Ekonomi
“Momentumnya dapat, tinggal konsistensi dan keseriusan kita. Itu bisa diawali dengan pembinaan terhadap petani garam, sebagaimana diusulkan oleh KSP Doktor Moeldoko,” kata Varhan.
Dalam pembinaan tersebut Varhan menekankan fokus untuk melakukan dua hal. Pertama melakukan inovasi pada teknologi produksi garam.
Produksi garam rakyat Indonesia umumnya masih dilakukan dengan cara-cara tradisional, yakni dengan penyinaran melalui sinar matahari (solar evaporation).
Dengan singkatnya masa musim kemarau yang kadang hanya sekitar 3-4 bulan, cara tersebut tentu kurang efektif.
Misalnya dibanding Australia, atau bahkan India yang mengalami masa kemarau jauh lebih panjang. Sudah begitu, para eksportir garam itu pun sudah lama tak lagi tergantung pada matahari karena sudah menggunakan teknologi yang menggantikan hal itu.
“Saya bersyukur, Pak Moeldoko sudah menekankan pentingnya pembangunan washing plant (fasilitas pencucian garam) untuk industri-industri pengimpor garam,” kata Varhan.
Washing plant adalah serangkaian mesin yang digunakan untuk mencuci dan memurnikan garam. Teknologi itu diperlukan untuk meningkatkan kualitas garam rakyat guna memenuhi kebutuhan industry yang terus meningkat.
Bila dorongan untuk melakukan perubahan cara produksi dengan lebih baik, melalui peningkatan teknologi, Varhan berharap produktivitas per hectare tambak garam akan jauh di atas 90 ton sebagaimana saat ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.