Menko PMK Dorong Perguruan Tinggi Hasilkan Oksigen Konsentrator untuk Penanganan Covid-19
Menko PMK Muhadjir Effendy mendorong perguruan tinggi memproduksi oksigen konsentrator.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Sanusi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mendorong perguruan tinggi memproduksi oksigen konsentrator.
Muhadjir mengungkapkan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak telah menghubungi sejumlah perguruan tinggi di Jatim, terutama yang memiliki fakultas teknik untuk memproduksi oksigen konsentrator.
Baca juga: Bantuan Konsentrator dan Tabung Oksigen dari Singapura Sampai di Pelabuhan Tanjung Priok
"Saya yakin di sini ada perguruan tinggi-perguruan tinggi hebat yang bisa menciptakan itu sesegera mungkin karena itu juga tidak membutuhkan teknologi tinggi," ujar Muhadjir melalui keterangan tertulis, Kamis (15/7/2021).
Oksigen konsentrator merupakan alat yang dapat mengonversi udara menjadi oksigen medis dengan saturasi di atas 93 persen hanya dengan disambungkan atau dicolokkan langsung ke aliran listrik.
Baca juga: Bantu Distribusi Oksigen Pasien Covid-19, Pertamina Tempatkan ISO Tank di Asrama Haji Pondok Gede
Menurut Muhadjir, oksigen konsentrator yang diciptakan perguruan tinggi dapat membantu mengantisipasi kekurangan pasokan oksigen.
Tidak hanya di rumah sakit (RS), tetapi juga pasien Covid-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman).
Baca juga: Bantuan Konsentrator dan Tabung Oksigen dari Singapura Kembali Tiba di Indonesia
"Untuk di Jawa Timur kondisinya relatif sudah cukup baik, hanya masalahnya bagaimana memastikan mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri yang memang suatu saat butuh bantuan oksigen agar bisa tertangani dengan baik," tutur Muhadjir.
Lebih lanjut, Muhadjir mengimbau kepada masyarakat yang telah membeli oksigen dan menyimpannya di rumah agar dapat meminjamkan tetangganya yang sedang isoman dan membutuhkan oksigen. Sedangkan untuk tabung yang kosong supaya segera dikembalikan.
"Jangan disimpan karena dengan disimpan itu menyebabkan kita banyak sekali kekurangan tabung oksigen. Kita tahu seperti di RS lapangan itu tidak mungkin disuplai oksigen likuid dengan tanki-tanki yang besar itu, tetapi pakai tabung yang kecil-kecil. Kalau itu kemudian hilang dari pasar akan menyulitkan kita semua," pungkas Muhadjir.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.