Moeldoko Sebut Indonesia Bisa Jadi Pemain Utama dalam Industri Kendaraan Listrik Dunia
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yakin Indonesia bisa menjadi pemain utama di industri kendaraan listrik dunia.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yakin Indonesia bisa menjadi pemain utama di industri kendaraan listrik dunia apabila fokus dan memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki.
Moeldoko mengatakan pengembangan kendaraan listrik dapat mendorong penguasaan teknologi industri dan rancang bangun kendaraan nasional dan berpotensi menjadikan Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL BB).
“Peluang untuk berhasil dalam mobil listrik seperti negara lain masih sangat besar karena perkembangan teknologi saat ini belum semapan combustion engine, dan starting point Indonesia relatif sama dengan negara lain,” kata Moeldoko saat menjadi panelis dalam Investor Daily Summit 2021, Rabu (14/7/2021).
Selaku Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Moeldoko mengaku optimistis Indonesia dapat mandiri memproduksi kendaraan listrik.
Selain karena telah memiliki industri kendaraan konvensional yang matang, Indonesia juga merupakan salah satu negara pemilik cadangan nikel laterit terbesar dunia, yang merupakan bahan baku utama dari komponen termahal kendaraan listrik, baterai lithium.
Baca juga: Kuasa Hukum PD: Gugatan Moeldoko Terhadap Menkumham Tidak Berdasar Hukum
“Artinya masih banyak potensi yang dapat dikembangkan. Sepanjang didukung dengan insentif fiskal maupun non fiskal yang menarik bagi pelaku industri dan investor, dukungan riset dan pengembangan teknologi dari BPPT maupun Universitas Nasional, saya yakin Indonesia dapat memiliki kendaraan listrik karya anak bangsa yang berkualitas dan mampu bersaing di pasar global,” jelasnya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan permintaan kendaraan listrik secara global diperkirakan terus meningkat dan mencapai minimal 55 juta unit pada tahun 2040.
Pertumbuhan ini mengarah pada peningkatan kebutuhan baterai lithium dan diperkirakan 2030 akan ada kebutuhan 500 GWH baterai untuk kendaraan listrik.
Baca juga: Moeldoko Sebut Vaksinasi Berbayar Juga Akan Tersedia di Bandara untuk Pemegang Paspor Asing
“Meningkatnya penggunaan baterai juga mendorong permintaan bahan baku seperti cobalt, nikel, mangaan. Pemilik komoditas bahan baku ini akan memegang posisi penting di industri kendaraan listrik dunia,” katanya dalam kesempatan yang sama.
Ia menjelaskan Indonesia adalah salah satu pasar terbesar otomotif di Asean.
Dimana produksi mobil diprediksi tumbuh 2 juta unit pada 2025. Hal ini menurutnya jadi potensi untuk mengembangkan kendaraan listrik.
“Baterai akan menjadi komponen paling berharga karena mewakili 35 persen biaya pembuatan kendaraan listrik. Keunggulan Indonesia adalah kemampuan menyediakan sumber daya nikel terbesar di dunia,” jelas Agus.
Baca juga: Moeldoko Sebut Ada Lalat Politik yang Bisa Ganggu Konsentrasi Nakes Tangani Pandemi
Demi menyuburkan industri, Agus mengatakan pemerintah telah menyiapkan insentif fiskal dan non fiskal seperti Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBm) nol persen, uang muka rendah, suku bunga rendah, dan lainnya.