Tokoh Agama Bumi Cendrawasih: Belajarlah Toleransi dari Papua
Aktivis Pendidikan di Kaimana, Papua, Safar Furuada menyebut ada ungkapan bahwa belajarlah sikap toleransi dari masyarakat Papua.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tokoh agama Papua, sekaligus Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua, Idrus Al Hamid, mengatakan perjumpaan agama - agama di Bumi Cendrawasih telah melahirkan harmoni dan toleransi yang cukup baik.
Bahkan kata dia, dalam beberapa hal kegiatan keagamaan justru dijadikan kegiatan bersama.
Hal ini ia sampaikan dalam webinar 'Tolerance in Indonesia (Papua) and Morocco: Experience Perspective' di kanal Youtube INC TV dan NU Channel, Kamis (29/7/2021).
Baca juga: Kegiatan Sinergisitas dalam Anti Terorisme, Radikalisme dan Intoleransi
"Keberadaan agama justru menjadi bagian yang tidak menjadi pembeda. Bahkan dalam beberapa hal, kegiatan keagamaan dijadikan sebagai kegiatan bersama walaupun berbeda-beda agama," terang Idrus.
Bahkan, Aktivis Pendidikan di Kaimana, Papua, Safar Furuada menyebut ada ungkapan bahwa belajarlah sikap toleransi dari masyarakat Papua.
Baca juga: Tanamkan Toleransi, Mahasiswa Perlu Belajar Mengenai Keberagaman
Ungkapan itu terbentuk lantaran masyarakat Papua telah mempraktikan toleransi nyata yang tak dimuat dalam buku - buku.
"Ada ungkapan kalau belajar toleransi, belajarlah pada masyarakat Papua, karena telah mempraktekkan toleransi yang riil yang tidak dimuat dalam buku-buku," kata Safar.
Atas hal itu ia pun berharap Papua di waktu mendatang dapat menjadi barometer percontohan sikap toleransi di Indonesia.
"Kita berharap Papua menjadi barometer toleransi dan Indonesia menjadi negeri yang Makmur dan sejahtera," ungkapnya.
Baca juga: Semangat Toleransi Warga Kampung Sawah, Ibadah Salat Ied 1442 H dan Misa Ekaristi Kudus Kondusif
Sementara itu, Akademisi UIN Maulana Hasanuddin Banten, Muhammad Sofin menyampaikan bahwa masyarakat Papua sejak dulu telah terbuka secara intelektual dan perilaku dalam menerima orang yang datang ke tanahnya.
Perbedaan agama dan suku disebut tidak menghalangi rakyat Papua untuk menebar perdamaian dan mengulurkan tangan.
Menurutnya kondisi semacam ini dapat menjadi kunci menciptakan keserasian lingkungan untuk mencapai keberhasilan pembangunan sumber daya manusia.
"Masyarakat Papua tidak menyembunyikan fakta bahwa toleransi dan kerja sama antarumat beragama itu nyata," kata Sofin.
Baca juga: UIN Alauddin Gelar Seminar Nasional Bahas Ancaman Intoleransi Pecah Belah Mahasiswa dan Bangsa
"Semua ini merupakan dasar dan kunci untuk menciptakan perdamaian dan keserasian lingkungan guna mencapai keberhasilan pembangunan negara dan pembangunan sumber daya manusia di Papua," sambungnya.
Senada, panitia penyelenggara INC TV Muhammad Taufan mengatakan dari diskusi webinar ini dapat disimpulkan bahwa tidak benar bumi Papua dipenuhi konflik, kekerasan atau keterbelakangan.
Sebaliknya, masyarakat Papua justru dipenuhi sikap toleransi, persaudaraan dan kehangatan.
"Orang Papua penuh kehangatan, persaudaraan tanpa pamrih dan apa adanya. Mereka memperlakukan orang lain sebagai keluarga hingga menjaga harkat, martabat dan kehormatan diri sendiri sama dengan yang dilakukannya untuk orang lain," pungkas Taufan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.