Wabup Mandailing Natal Dapat Dua Rekor Muri
Atika mendapatkan rekor sebagai perempuan termuda, serta perempuan lajang pertama yang menjadi wakil bupati.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Bupati Mandailing Natal (Madina) di Sumatera Utara (Sumut), Atika Azmi Utammi Nasution, mendapat dua rekor dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri).
Atika mendapatkan rekor sebagai perempuan termuda, serta perempuan lajang pertama yang menjadi wakil bupati.
"Saya dianugerahi rekor Muri sebagai perempuan lajang pertama yang menjabat wakil bupati dan wakil bupati perempuan termuda di Indonesia," kata Atika dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (14/8/2021).
Juli 2021 lalu, Atika menjadi Wakil Bupati Madina mendampingi Bupati Madina Jakfar Sukhairi Nasution.
Dia dilantik menjadi wakil bupati pada usia 27 tahun. Perempuan ini merupakan lulusan Master of Finance dari University of New South Wales, Australia, pada 2017. Setelah lulus, Atika sempat berjualan di Kota Medan sebelum akhirnya kembali ke Madina dan terjun ke dunia politik.
Baca juga: Gelar Munajat untuk Indonesia Sehat, PAN Raih Rekor MURI
Atika mengaku rekor MURI yang didapatnya bakal menjadi motivasi untuk membangun Madina lebih baik. Menurutnya, rekor ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak diimbangi dengan kinerjanya yang baik.
“Saya jadikan ini motivasi. Rekor ini bukan tujuan utama, tetapi sebagai pengingat akan responsibilitas, dorongan untuk saya berinovasi dalam pembangunan daerah yang kami pimpin. Tentu rekor ini akan dengan sendirinya pudar apabila tidak diimbangi dengan perubahan berarti,” ujarnya.
Atika menambahkan rekor Muri menjadi bukti bahwa siapapun memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin pemerintahan dan berusaha memberikan pelayanan publik terbaik kepada masyarakat.
Atika pun berharap amanah ini menjadi kesempatan untuk menghadirkan perubahan yang lebih baik di Mandailing Natal.
“Pencatatan rekor ini juga menjadi tambahan motivasi untuk mempertanggungjawabkan secara profesional bahwa usia bukanlah halangan menjadi seorang pemimpin pada jabatan eksekutif. Pencatatan dengan kriteria gender menjadi satu poin penting sebagai bukti kedewasaan demokrasi di Indonesia, terutama di Madina," ucapnya.
"Ini juga akan menjadi tanggung jawab pribadi saya untuk membuktikan bahwa usia dan jenis kelamin tidak menjadi penghalang dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Saya mohon doa seluruh masyarakat Madina agar kami bisa mengemban amanah dengan baik dan menghadirkan kebijakan-kebijakan yang bertumpu pada kepentingan masyarakat,” lanjutnya.
Atika pun menceritakan awal mula dirinya terjun ke dunia politik. Dia mengatakan pada awalnya niat masuk ke dunia politik untuk membantu masyarakat Mandailing Natal keluar dari masalah perekonomian.
“Saya kembali (dari Australia) untuk menjaga orang tua, di mana untuk berkembang saya buka usaha kecil-kecilan. Sembari berusaha, saya merasakan rendahnya daya beli, perilaku konsumtif masih membudaya dan daya saing tidak tumbuh dalam hal pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia,” ucapnya.
“Atas dasar ini, timbul keinginan membantu masyarakat luas untuk keluar dari pelik masalah perekonomian. Tentu jalan tercepat dan terefektif adalah melalui kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Di sini adalah titik nol saya sebagai politisi,” pungkas dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.