Peringatan HUT Ke-76 RI Diharap Jadi Momentum Jaga Nilai Kemanusiaan dan Perdamaian Dunia
Peringatan HUT Kemerdekaan ke-76 RI diharapkan jadi momentum jaga perdamaian dunia dan kemanusiaan termasuk untuk muslim Uighur di Xinjiang.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM), Rimbo Bugis berharap peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-76 RI pada 17 Agustus dapat dijadikan momentum menjaga perdamaian dunia dan nilai kemanusiaan.
Termasuk menjaga perdamaian pada sisi kemanusiaan untuk para muslim Uighur di Xinjiang, China.
Pemerintah, DPR dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) diharapkan dapat menggunakan jalur diplomatiknya untuk menyatakan keberatan atas Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing, sebelum China menyetop aktivitas pelanggaran HAM di Xinjiang.
Baca juga: Uighur Masih Menderita, KOI dan DPR Diminta Ajukan Nota Keberatan Olimpiade Musim Dingin di Beijing
"Coba baca mukadimah UUD 45, itu landasan kita untuk ikut andil dalam menyelesaikan permasalahan kemanusiaan di Xinjiang," ucap Rimbo dalam keterangannya, Selasa (17/8/2021).
"Atlit-atlit kita level dunia, terbukti menyemarakkan perhelatan olah raga dunia. Jangan kirim atlit kita sebelum persoalan Uighur dan minoritas di China selesai." sambungnya.
DPR RI diminta mengikuti jejak parlemen Amerika Serikat yang menyerukan negara dunia boikot Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing, sebelum kejahatan kemanusiaan di Xinjiang berhenti.
Baca juga: Sunmori, Pengendara Moge Terlibat Kecelakaan Maut Beruntun di Tangerang
Aktif dan reaktifnya Indonesia terhadap permasalahan kemanusiaan di Xinjiang, dinilai wajar mengingat Indonesia juga pernah mengalami kondisi seperti etnis Uighur pada masa penjajahan dulu.
Apalagi masalah ini bukan sebatas soal etnis atau agama minoritas, tapi lebih dari itu yakni global kemanusiaan.
"Parlemen kita harus lebih aktif berperan seperti Parlemen AS yang menganggap kejahatan kemanusiaan yang dilakukan China, bukan persoalan etnis atau agama minoritas semata, melainkan persoalan global kemanusiaan," pungkas Rimbo.