Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Singgung Afghanistan, Mahfud MD Teringat Konsep Pemikiran Gus Dur Tentang Persatuan dan Toleransi

Mahfud MD mengingatkan kembali bagaimana konsep pemikiran presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang masih relevan

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Sanusi
zoom-in Singgung Afghanistan, Mahfud MD Teringat Konsep Pemikiran Gus Dur Tentang Persatuan dan Toleransi
Tangkapan Layar: Kanal Youtube Kemenko Polhukam RI
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengingatkan kembali bagaimana konsep pemikiran presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang masih relevan hingga saat ini. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengingatkan kembali bagaimana konsep pemikiran presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang masih relevan hingga saat ini.

Pada peringatan Haul Gus Dur ke 12 H, Mahfud juga menyinggung Afghanistan yang kini dikuasai Taliban yang mendeklarasikan diri sebagai negara Emirat Islam Afghanistan.

Baca juga: Pengamat Sebut Kelompok Teroris JI Indonesia Bersuka Cita Atas Kemenangan Taliban di Afghanistan

Mahfud mengatakan terpilihnya Gus Dur sebagai presiden pada tahun 1999 itu menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia menolak ekstrimisme, sekularisme dan juga agamaisme.

“Kerasa hidupnya Gus Dur malam ini menemani kita, pemikiran, langkah dan bangsa Indonesia. Setia pada apa-apa. Kalau bangsa ini mau pecah, lalu orang ingat konsepnya Gus Dur tentang Persatuan dan toleransi. Ketika saat ini muncul negara Emirat Islam of Afghanistan, kita ingat konsepnya Gus Dur tentang bernegara dan toleransi serta kosmopolitanisme, inklusifisme dan sebagainya,” kata Mahfud di live peringatan Haul Gus Dur ke 12 hijriyah, Minggu (22/8/2021).

Baca juga: Video Tentara AS Selamatkan Bayi dari Atas Pagar Kawat Berduri saat Bandara Kabul Afghanistan Kacau

Menko Polhukan mengatakan pada saat Gus Dur dipilih sebagai presiden, pemilihan tersebut dianggap pemilihan paling demokratis kedua, sesudah pemilihan di tahun 1995.

Ia berujar pada tahun 1999, dunia menyaksikan bahwa Indonesia bisa melakukan pemilihan secara demokratis.

Baca juga: India Repatriasi 87 Warga Negaranya dari Afghanistan

BERITA REKOMENDASI

“Kata Gus Dur, Indonesia bukan negara Islam tapi hidupnya harus Islami. Beda negara Islam dan sifat Islam. Islam itu beradab, jujur, tertib dalam bernegara, bersaudara dengan yang lainnya. Itu Islami,” lanjutnya.

Sebelum Gus Dur pada akhirnya terpilih sebagai presiden, pada waktu itu aliran politik di Indonesia terpacah menjadi 2 kubu, antara pendukung Megawati Soekarno Putri yang beraliran merah dan B.J Habibie yang beraliran hijau.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyambut kedatangan WNI yang dievakuasi dari Afghanistan ke tanah air, di Base Ops, Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Sabtu dini hari (21/8/2021). 
Sebanyak 33 orang berhasil dievakuasi menggunakan pesawat Boeing 737-400 TNI AU, pasca situasi yang semakin mencekam akibat jatuhnya kota Kabul, ibukota Afghanistan ke tangan kelompok Taliban. 
Adapun 26 WNI tersebut terdiri dari 16 staf KBRI dan 10 non staf KBRI, sementara 7 warga negara non WNI yang turut dibantu pemerintah Indonesia  untuk keluar dari negara tersebut terdiri dari  5 warga negara Philipina dan 2 warga negara Afghanistan (suami dari WNI dan staf lokal KBRI). TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyambut kedatangan WNI yang dievakuasi dari Afghanistan ke tanah air, di Base Ops, Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Sabtu dini hari (21/8/2021). Sebanyak 33 orang berhasil dievakuasi menggunakan pesawat Boeing 737-400 TNI AU, pasca situasi yang semakin mencekam akibat jatuhnya kota Kabul, ibukota Afghanistan ke tangan kelompok Taliban. Adapun 26 WNI tersebut terdiri dari 16 staf KBRI dan 10 non staf KBRI, sementara 7 warga negara non WNI yang turut dibantu pemerintah Indonesia untuk keluar dari negara tersebut terdiri dari 5 warga negara Philipina dan 2 warga negara Afghanistan (suami dari WNI dan staf lokal KBRI). TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI (TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI)

Kedua kubu tersebut saling mengancam akan me’merah’kan Jakarta atau meng’hijau’kan Jakarta dengan masing-masing pendukungnya karena adanya polemik dalam pemilihan yang terjadi saat itu.

“Pada waktu itu ada kelompok PDIP yang sangat keras, yang harus jadi presiden itu harus mba Mega, kenapa? Karena dia yang menang pemilu, 34 persen waktu itu. Sedangkan yang lain dibawah 25 persen,” ujarnya.

Mahfud bercerita diantara polemik dua kubu pada waktu itu, BJ Habibie pertanggung jawabannya ditolak oleh MPR berdasarkan voting. Habibie merasa tidak layak menjadi presiden dan mengundurkan diri.


Muncullah berbagai nama yang diajukan sebagai presiden, seperti Amin Rais, Akbar Tanjung, Wiranto.

Namun sosok Gus Dur yang akhirnya terpilih sebagai presiden, karena dianggap pilihan yang paling aman untuk memimpin Indonesia.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas