Ketum Muhammadiyah Dorong IPM Buat Platform Tingkatkan Kualitas Kepelajaran RI
Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mendorong PP IPM untuk membuat platform yang dapat meningkatkan kualitas kepelajaran Indonesia.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) baru saja melantik kader kepengurusan Pimpinan Pusat (PP), dibawah pimpinan Nashir Efendi, Ketua Umum PP IPM periode 2021-2023, Senin (30/8/2021).
PP IPM mengangkat tema The Great Shifting: Mencari Platform Gerakan Pelajar di Era New Normal.
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mendorong PP IPM untuk membuat platform yang dapat meningkatkan kualitas kepelajaran Indonesia (RI).
Baca juga: Ketua MPR: Pihak Sekolah Harus Benar-benar Miliki Kesiapan Uji Coba PTM
Ia mengatakan dunia saat ini tengah mengalami pergeseran karakteristik ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Hal itu mendorong manusia saat ini melakukan perubahan maupun pergeseran yang signifikan untuk menghadapi destruksi maupun perkembangan dinamika lainnya dunia modern abad 21 ini.
“Orang menyebut abad ini, dunia revolusi Iptek,” ujarnya saat memberikan sambutan, Senin (30/8/2021).
Baca juga: Muhammadiyah: Pendidikan Harus Mendekatkan pada Akar Budaya Indonesia
Menurutnya IPM harus berpijak pada dunia pelajar, menjadi insan yang dewasa, namun terus mau belajar dan memiliki karakternya sendiri.
Gerakan IPM harus mulai mengaktualisasikan diri.
Mulai dari merubah platform yang tidak hanya mampu membaca realitas dunia kepelajaran RI saat ini, tapi juga menghadirkan program yang mampu membawa perubahan yang signifikan bagi dunia pelajar Indonesia.
“Kalau dalam the great shifting yang paling dominan adalah pendekatan ekonomi dan IPTEK, maka bagaimana kita dapat merubahnya ke dalam realitas kehidupan yang tidak hanya sekedar berdimensi ekonomi dan teknologi,” ujarnya.
Baca juga: Muhammad Kece Ditangkap, PP Muhammadiyah Minta Masyarakat Tenang dan Kawal Proses Hukum
Perubahan besar menurutnya juga harus ada keterkaitan dengan awal sejarah perkembangan sistem sampai akhir supaya tidak terjadi untold stories.
Langkah awalnya adalah harus mengerti terhadap apa yang dipelajari, sampai kepada bagaimana harus belajar.
“Seperti belajar huruf hijaiyah, dari ‘alif’ hingga ‘ya’ harus ada kesinambungan,” ujar Prof. Haedar.
Baca juga: Muhammadiyah Tulis Surat ke Jokowi, Minta Batalkan TWK dan Angkat Lagi Novel Baswedan Cs
Di era sekarang, menurutnya harus ada percepatan. IPM harus membuat gerakan yang mampu memandu dan menciptakan kondisi agar dunia pelajar membaca, bagaimana cara membaca dan tau apa yang dibaca.
Prof Haedar mengatakan IPM memiliki tugas untuk memandu, memberi instrument, memfasilitasi supaya geraknya tidak hanya berhenti di wacana saja.
“IPM harus bisa mentransformasikan bagaimana pikiran-pikiran itu untuk menciptakan ruang anak-anak pelajar bisa mempelajari Iqra, pelajaran tentang kehidupan, ini penting,” ujarnya.