41 Napi yang Meninggal Saat Kebakaran Lapas Tangerang Terkunci di Dalam Kamar Sel
Kebakaran melanda Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Tangerang, Banten, Rabu (8/9/2021) dini hari.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Kebakaran melanda Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Tangerang, Banten, Rabu (8/9/2021) dini hari.
Kebakaran hebat itu menelan korban 41 orang narapidana (napi) meninggal dan puluhan luka-luka.
Dari 41 korban meninggal, 40 orang diantaranya merupakan tahanan kasus narkotika dan satu kasus terorisme.
Kebakaran terjadi di di Blok hunian Chandiri 2 (Blok C2) pada Rabu 8 September 2021 pukul 01.50 WIB.
Penyebab kebakaran dugaan awal akibat hubungan arus pendek listrik (korsleting).
Meskipun kepastian penyebab masih dilakukan penyelidikan oleh Polri.
Kebakaran terjadi di Blok C2 yang diisi 122 warga binaan yang berada di 19 Kamar.
Mereka terdiri dari warga binaan untuk kasus narkotika 119 orang, kasus teroris 2 orang, kasus 338 KUHP 1 orang dan Warga Negara Asing (Afrika Selatan dan Portugal) 2 orang.
Baca juga: 2 Warga Asing Ikut Jadi Korban Meninggal Akibat Kebakaran di Lapas Tangerang
Tidak mengherankan bila kasus narkoba paling banyak menghuni lapas di Tangerang ini.
Sebab hampir semua lapas di Indonesia didominasi oleh kasus narkotika.
Menurut Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly, kondisi 41 korban kebakaran tersebut sulit dikenali identitasnya.
Salah satu penyebabnya karena mayoritas jenazah mengalami luka bakar yang amat parah.
"Kondisi jenazah sudah sulit dikenali," kata Yasonna saat mengunjungi Lapas Tangerang, pagi tadi.
Politikus PDIP itu menjelaskan, seluruh korban akan dibawa ke RS Polri Kramatjati untuk menjalani proses identifikasi di sana.
"Jenazah dikirim ke RS polri," ujarnya.
Ia menyebut seluruh korban itu tak selamat karena prosedur Lapas yang mengharuskan setiap kamar untuk selalu dikunci.
Seluruh korban akan dibawa ke RS Polri Kramatjati untuk menjalani proses identifikasi di sana.
"Jenazah dikirim ke RS polri," ujarnya.
Selain itu, ia mengaku petugas Lapas juga sudah berusaha memadamkan api dengan alat pemadam api yang ada di lokasi.
Yasonna juga menyebut para petugas Lapas berusaha memadamkan api menggunakan APAR yang tersedia.
Namun, api yang sudah membesar dan menjalar membuat upaya itu tidak maksimal.
"Protap kamar itu memang harus dikunci. Ketika diketahui ada gelombang api nyebar di situlah. Kita memadamkan, tapi (alat pemadam) yang ada enggak maksimal karena api cukup besar," ujarnya.
Terkait dugaan penyebab kebakaran itu, ia mengaku enggan berspekulasi karena kini tim dari Puslabfor Polri masih melakukan penelitian.
"Biar Puslabfor Polri yang mengungkap penyebab kebakaran.
Polisi selain periksa TKP juga identifikasi jenazah dilakukan inafis Polri," tandas Yasonna.
Ia mengakui peristiwa yang terjadi tak lepas dari kondisi lapas yang memprihatinkan.
Kondisi lapas saat ini sudah over capacity atau mengalami kelebihan kapasitas hingga 400 persen.
Total sekitar 2.072 warga binaan yang menghuni Lapas Tangerang berusia 42 tahun ini.
"Mewakili Kemenkumham, kami mengucapkan rasa bela sungkawa terdalam bagi korban yang meninggal dalam peristiwa ini. Memang peristiwa ini tak lepas dari kondisi Lapas yang overkapasitas 400 persen yang dihuni 2.072 orang," kata Yasonna Laoly.
Kamar Terkunci
Saat kebakaran terjadi, Blok C2 yang merupakan paviliun khusus terpidana narkoba semuanya dalam keadaan terkunci.
Akibatnya banyak narapidana yang tak sempat dievakuasi meninggal di sel saat kebakaran terjadi.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kakanwil Kemenkum HAM) Banten Agus Toyib mengatakan, korban tewas sebanyak 41 narapidana itu dalam keadaan terkunci di sel.
Saat kejadian, petugas yang melakukan proses evakuasi tak sempat membuka semua pintu sel karena api begitu cepat membesar.
"Mereka terbakar karena memang semua kamar sel dikunci, itu sudah protap. Jadi saat evakuasi ada yang tidak sempat dikeluarkan dari kamar karena api sudah membesar," kata Agus, Rabu (8/9/2021).
Dalam kejadian itu, total 2.072 narapidana menghuni blok sel C Lapas Kelas I Tangerang.
Sedangkan di blok C2 yang dilalap api dihuni sebanyak 122 orang.
"Memang di sel itu sudah over capacity.
"Saat kebakaran terjadi, petugas yang terbatas jumlahnya sudah berjibaku untuk menyelamatkan warga binaan k3 tempat yang lebih aman namun tidak semua bisa diselamatkan," tuturnya.
Korban yang mengalami luka-luka saat ini menjalani perawatan di rumah sakit dan klinik lapas.
"Yang luka segera kami lakukan perawatan di klinik lapas, dan di Rumah Sakit Sitanala dan RSUD Kabupaten Tangerang, yang meninggal juga demikian," ujarnya.
Seperti diketahui, kebakaran melanda Lapas Kelas I Tangerang pada pukul 01.45 WIB dan berhasil dipadamkan pukul 04.00 pagi.
Total 41 korban tewas dan 71 lainnya mengalami luka-luka.
Kepolisian masih menyelidiki penyebab kebakaran dan juga mengidentifikasi jenazah yang didukung posko crisis center untuk memudahkan proses identifikasi.
Penjelasan Saksi Mata
Suasana mencekam di antara para napi terjadi saat kebakaran hebat melanda Lapas Kelas 1 Tangerang, Banten, Rabu (8/9/2021) pukul 01.50 WIB.
Kebakaran menghabuskan Blok C2 yang berisi sembilan kamar dan dihuni 122 orang napi kasus narkotika dari total 2.072 napi penghuni lapas.
Ratusan napi di blok tersebut saling injak saat berlari untuk menyelamatkan diri dari kobaran api yang terus membesar lantaran sel mereka tidak terkunci.
Namun ada banyak bagi napi yang masih terkunci di dalam sel hanya bisa berteriak meminta tolong.
Mereka tewas terbakar hidup-hidup di dalam sel yang terkunci itu.
Diantara mereka yang berhasil menyelamatkan adalah Ujang Supriatna, napi kasus narkotika penghuni Blok C2 Lapas Tangerang.
Ujang berhasil selamat dengan kondisi kaki terkena jilatan api.
Detik-detik Ujang selamat diceritakan ibunya, Nuriati.
Nuriati sudah sejak pagi mendatangi posko crisis center di Lapas Kelas 1 Tangerang setelah mendengar ada kebakaran di Lapas Tangerang.
"Anak saya di Blok C nomor 16 yang kebakaran. Anak saya selamat," cerita Nuriati di Lapas Kelas 1 Tangerang, Rabu (8/9/2021).
"Sudah telepon, katanya aman," imbuh dia.
Saat api berkobar hebat, pintu sel Ujang sempat terbuka sehingga tanpa pikir panjang langsung menyelamatkan diri.
Ujang mengaku sempat menginjak-nginjak temannya yang juga hendak melarikan diri dari kobaran api.
"Sebenarnya kebetulan pintunya sedang kebuka, dan dia loncat dan kena kakinya saja kebakaran," kata Nuriati.
"Lari-lari injek orang apa gitu, tapi selamat anak saya sudah teleponan barusan," sambungnya.
Nuriati pusing bukan main mendengar lapas yang dihuni anaknya terbakar sampai menewaskan 41 narapidana.
"Rasanya pingsan saya pingin mati, baru pulang kerja," aku Nuriati.
"Telepon semua jeritan. Perasaan saya hancur."
"Saya minta tolong keluarga dan tetangga makanya langsung ke sini," ungkapnya.
Saat ini Ujang sudah dirawat di Blok F bersama luka ringan lainnya.
"Sudah di Blok F itu tapi semua baju-baju yang habis sudah enggak ada sisa lagi," katanya.
Sumber: Tribunnews.com/Kompas.TV/Tribun Jakarta