Sudirman Said: Bung Hatta Jadi Teladan Insan Palang Merah Indonesia
Palang Merah Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Bung Hatta. Sebab ia merupakan Ketua PMI pertama.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Palang Merah Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Bung Hatta.
Bisa dibilang Wakil Presiden RI pertama itu merupakan Bapak PMI karena Bung Hatta merupakan Ketua PMI pertama.
Sekretaris Jenderal PMI Sudirman Said mengatakan, Bung Hatta menjadi teladan bagi insan PMI di Indonesia.
Bung Hatta telah membagikan ilmu kemanusiaan yang kini sangat berguna.
"Bagi insan PMI, Bung Hatta tentu merupakan sumber teladan yang tak habis-habisnya, bagaimana mata air yang terus mengaliri ilmu dan hikmah kehidupan," kata Sudirman saat melakukan ziarah ke makam Bung Hatta di TPU Tanah Kusir Jakarta, Jumat (17/9/2021)
Ziarah dilakukan untuk memperingati HUT PMI ke-76.
Baca juga: Hari PMI, Pendapatan Sehari dari Transaksi Pasar Modal Dialokasikan untuk Donor Darah
Baca juga: Masyarakat Tak Bisa Minta Plasma Konvalesen Secara Individu ke PMI, Begini Alurnya
Apalagi Jika membaca buku-buku, membaca ulasan tentang beliau, jelas sekali Bung Hatta adalah seorang pejuang, seorang humanis, seorang negarawan, dan pemikir yang hingga hari ini buah pikirannya tetap relevan.

"Sikap hidupnya yang memilih prinsip di atas segalanya, merupakan sikap hidup yang kita rindukan dari para pemimpin, para pemangku jabatan jabatan penting.
Kesederhanaan hidup pribadinya kita tahu semua, bukan karena beliau tidak bisa hidup mewah tetapi karena pilihan sikapnya," lanjutnya.
Baca juga: Stok Plasma Konvalesen di PMI Membaik, Total Ada 7.444 Kantong
PMI, ujar Sudirman, sangat beruntung dan bersyukur memperoleh ketua pertama Dr Mohammad Hatta. Dia merupakan sosok pribadi yang dapat terus meneris menjadi rujukan.
"Menjadi tempat bagi kami-kami, dan insya allah bagi generasi mendatang sebagai sumber teladan," tuturnya.
Bung Hatta sendiri tidak lama mengemban amanah sebagai ketua, lalu menyerahkannya kepada dr. Boentaran hingga hari ini PMI terus berkiprah.
Meski Bung Hatta telah wafat, Sudirman yakin bahwa sang pendiri PMI itu tetap banjir pahala dan kebaikan.
Sejarah Pendirian PMI
Putri Bung Hatta Prof. Dr. Meutia Farida Hatta Swasono menceritakan bagaimana peran ayahnya dalam mendirikan PMI kala itu.
Ia juga menceritakan singkat sejarah berdirinya PMI.
"Tanggal 17 September 1945, hanya satu bulan sesudah Indonesia merdeka, PMI dibentuk.
Itu berkat kesadaran pemimpin nasional, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta sendiri yang menyatakan kesediaannya untuk menjadi Ketua Palang Merah Indonesia.
Khususnya Bung Hatta sadar bahwa Indonesia harus segera berperan internasional, seperti umumnya peranan Palang Merah/ the Red Cross," kata Meutia.
Wakil Presiden, kata dia harus menjadi Ketua PMI menghadapi dunia internasional.
Arti lainnya adalah bahwa PMI tidak hanya mengurusi masalah kemanusiaan saja, melainkan juga PMI otomatis harus mngurusi tawanan perang, baik tawanan perang Jepang maupun tawanan perang Belanda yang harus dipulangkan ke negara mereka masing-masing," katanya.
Hal ini membutuhkan peranan seorang Wakil Presiden untuk berdialog dan menetapkan kesepakatan, mengingat Indonesia masih sangat muda.
Diperlukan pemimpin pucuk dari negara untuk menanganinya dengan pihak internasional.
"Demikianlah Bung Hatta secara taktis dan strategis melalui PMI melibatkan Indonesia dalam international affairs, dan itu berhasil.
Sehingga Indonesia sebagai negara yang masih sangat muda, secara nyata sudah memegang peranan internasional," lanjutnya.
Lanjutnya, sesudah aktivitas yang berkaitan dengan aktivitas PMI Internasional itu dilakukan, yang membuat Indonesia sebagai negara baru menjadi dikenal di dunia internasional, maka selesailah tugas Bung Hatta di PMI.
"Beliau kemudian menyerahkan jabatan Ketua PMI kepada dr. Buntaran yang memang merupakan seorang dokter, sehingga tepat untuk menjabat sebagai Ketua PMI," ungkapnya.
Sejak saat itu, faktor kesehatan dan sosial-budaya serta perlindungan kepada rakyat Indonesia menjadi pertimbangan utama dari kegiatan PMI.
Apalagi Indonesia masih menghadapi tantangan untuk mempertahankan kemerdekaannya, yang terwujud dalam perang kemerdekaan.
Dia menuturkan, di masa pandemi peranan PMI bertambah.
Pandemi telah memberikan nuansa dan pengalaman besar kepada PMI untuk bergerak maju sesuai kebutuhan darurat bagi rakyat Indonesia.
"Kebutuhan transfusi plasma darah konvalesen dari penyintas Covid-19 untuk korban baru menjadi kesadaran baru bagi insan kesehatan dan masyrakat awam," katanya.
Meski belum semua berhasil, menurut Prof Meutia, dari pengalaman yang sudah diperoleh, para ahli akan makin giat dan serius untuk mencari jalan untuk peningkatan keberhasilan menyembuhkan penderita Covid-19 yang baru, sampai nanti pandemi berakhir.
Walaupun mungkin tidak berarti sudah lenyap, kewaspadaan masih tetap harus dipegang dan berbagai strategi mengatasi pandemi tetap harus ditingkatkan," ujarnya.