Disiplin Waktu adalah Bentuk Revolusi Mental Paling Sederhana
Pemerintah terus menggerakkan masyarakat untuk memajukan berbangsa dengan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Untuk meningkatkan taraf kehidupan berbangsa dan bernegara harus dimulai dari hal paling mendasar.
Melalui Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), pemerintah terus menggerakkan masyarakat untuk memajukan berbangsa dengan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
GNRM diyakini bisa merubah pola hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.
Hasilnya, GNRM mendapatkan sambutan dan dukungan dari berbagai tokoh nasional.
Kini giliran Staf Ahli Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), Romo Antonius Benny Susetyo memberikan dukungan langsung GNRM yang saat ini terus digenjot melalui Kemenko PMK.
"GNRM sudah sangat tepat menjadi program pemerintah. Karena untuk kemajuan dalam berbangsa dan bernegara harus dimulai dari mental kita sebagai warga negara. Diantaranya mengubah pola hidup yang lebih baik, efisien, disiplin dalam segala hal, mengerjakan sesuatu tepat waktu, bekerja totalitas dan peduli antar sesama," tegas Romo Benny, Senin (27/9/2021).
Baca juga: Tekanan Kondisi Masa Pandemi Sebabkan Perubahan Mental dan Emosional yang Jadi Pemicu Perceraian
Contoh paling sederhana, masih kata Romo Benny, tidak lagi menunda pekerjaan adalah salah satu bentuk revolusi mental.
Meninggalkan kerja lama yang tidak efisien dan, tidak tepat waktu dan mengubah pola pikir yang visioner.
"Revolusi mental juga sebagai bentuk mengembalikan cara hidup dengan kearifan lokal. Karena kita tahu, bahwa leluhur kota sangat disiplin, sehingga punya ritme kerja yang jelas, tepat dan akurat. Mengubah gaya hidup, setia dalam pekerjaan, tidak mudah menyalahkan orang lain juga menjadi bentuk penerapan revolusi mental dalam kehidupan sehari-hari," imbuh dia.
Terpisah, Pengamat Kebijakan Publik Prima Gandhi menjelaskan GNRM bisa dimulai dengan cara pemerintah memberikan contoh kepada masyarakat agar revolusi mental bisa lebih ditanamkan ke semua lapisan.
"Salah satu contoh yakni, pemerintah membatalkan opsi impor jagung dengan tujuan agar harga jagung petani memiliki nilai jual yang tinggi, tanpa ada pasokan dari luar. Ini merupakan revolusi mental, pemerintah dalam hal ini Kemendag dan Kementerian Pertanian bergotong royong berupaya mensejahterakan petani," kata Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.
Gandhi juga mengajak semua lapisan masyarakat untuk beradaptasi dengan zaman.
Saat ini bukan siapa yang kuat, namun siapa yang bisa beradaptasi lebih cepat dalam menghadapi tantangan zaman.
"Contoh gotong royong paling sederhana saja, masyarakat kompak menjaga prokes, meski kasus Covid-19 terus mengalami penurunan. Ini gotong royong, untuk hidup sehat dan terhindar dari virus mematikan," jelas dia.
Sementara itu, belum lama ini, Menteri Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kemanusiaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengingatkan pentingnya penerapan revolusi mental dalam memajukan bangsa.
"Itu demi menghadapi tantangan saat ini mulai dari pemberantasan korupsi, krisis integritas, membangun iklim demokrasi yang baik, mewujudkan pemerintahan bersih hingga menekan angka kemiskinan," tandasnya saat telekonferensi bersama mahasiswa dan rektoran Universitas Ivet Semarang, beberapa waktu lalu.