Mendikbudristek Nadiem: Tutup Sekolah Saya Disalahkan, Buka Sekolah Juga Disalahkan
Nadiem mengungkapkan keputusannya dalam membuka atau menutup sekolah terus mendapatkan kritikan dari berbagai pihak.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mendikbudristek Nadiem Makarim mengaku tak mempermasalahkan kritik yang dialamatkan kepada dirinya terkait keputusan mengizinkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di masa pandemi Covid-19.
Nadiem mengungkapkan keputusannya dalam membuka atau menutup sekolah terus mendapatkan kritikan dari berbagai pihak.
"Enggak apa-apa kalau saya sedikit-sedikit kritik atau apa-apa. Tutup sekolah saya disalahkan. Sekarang buka sekolah, saya disalahkan enggak apa-apa. Sudah biasa, Namanya pengorbanan lah," ujar Nadiem dalam dialog virtual, Selasa (28/2021).
Dirinya mengungkapkan mayoritas masyarakat di media sosial menginginkan pembelajaran tatap muka terbatas.
Baca juga: 40 Persen Sekolah Sudah Gelar PTM, Menteri Nadiem: Angka Itu Masih Sangat Kecil
Menurut Nadiem, hal tersebut yang menjadi pegangan dirinya menerapkan PTM terbatas.
"Apapun perkicauan yang terjadi di sosial media yang kelihatannya menjadi besar atau apa, mayoritas 80 sampai 85 persen dari masyarakat kita menginginkan kita kembali tatap muka," ungkap Nadiem.
Mantan CEO Gojek ini mengungkapkan berdasarkan hasil riset menunjukkan bahwa ada kemungkinan besar siswa kehilangan antara 0,8 hingga 1,2 tahun pembelajaran.
Menurut Nadiem, hal itu menunjukan ada satu generasi kehilangan hampir setahun dari pembelajaran di masa pandemi Covid-19 ini.
"Ini tentunya harus kita dalami terus, kita kaji, dan melihat dampaknya seperti apa. Apakah dampaknya akan permanen atau tidak, tapi salah satu hal yang menjadi kekhawatiran sekarang adalah kalau misalnya ini PJJ terus belangsung. Seberapa permanen dampak ini dan bukan hanya dampak dari learning loss," jelas Nadiem.
Bahaya lain yang mengancam, kata Nadiem, dampak psikis bagi anak-anak yang tidak menjalankan PTM.