Gatot Nurmantyo Tanggapi Alasan Pemindahan Patung di Kostrad: Seharusnya Tak Dilepaskan Begitu Saja
Gatot Nurmantyo memberi tanggapan atas pernyataan Letjen Dudung Abdurrachman soal dipindahnya tiga patung di Museum Kostrad.
Penulis: Daryono
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, memberi tanggapan atas pernyataan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), Letjen Dudung Abdurrachman, soal dipindahnya tiga patung di Museum Kostrad.
Tiga patung yang dimaksud, menggambarkan adegan Mayjen Soeharto dan Menteri/Panglima TNI Angkatan Darat, Jenderal AH Nasution, menerima laporan dari Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, pada 1965.
Sebelumnya, Dudung melalui Kepala Penerangan Kostrad, Kolonel Inf Haryantana, menyatakan pemindahan tiga patung yang merupakan bagian diorama G30S itu bukanlah inisiasi Kostrad.
Pemindahan tiga patung itu merupakan permintaan pribadi Panglima Kostrad ke-34, Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution.
"Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut atas keinginan dan ide Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, karena pada saat menjabat Pangkostrad periode (9 Agustus 2011 sampai dengan 13 Maret 2012) beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-patung tersebut," kata Haryantana dalam keterangan tertulisnya pada Senin (27/9/2021).
Baca juga: Cerita Pangkostrad Ketika AY Nasution Hampir Meneteskan Air Mata Minta Patung yang Digagasnya
Permintaan itu disampaikan AY Nasution saat bersilaturahmi ke Kostrad pada 30 Agustus 2021.
AY Nasution sendiri membenarkan pemindahan tiga patung itu merupakan permintaan darinya.
"Ya betul tanggal 30 Agustus saya datang ke sana bersilaturahim, sekaligus menyampaikan keluhan saya tentang patung. Saya sampaikan begini, saya beritahu kepada beliau."
"Bahwa dulu disaat saya menjabat bahwa sayalah yang berinisiatif membuat patung itu. Sebelumnya patung itu tidak ada, itu tiga buah patung, tiga jenderal," kata AY Nasution dalam wawancara di KompasTV, Rabu (29/9/2021).
AY Nasution meminta patung itu dipindahkan karena alasan agama.
"Saya sampaikan kepada Pak Dudung, usia saya sudah 60 tahun, kemudian setelah tua ini saya banyak merenung diri, banyak mendengar ceramah, banyak membaca buku tentang agama Islam."
"Di dalam agama Islam ini, sangat dilarang untuk dibuat patung, menyimpan patung, apalagi yang berinisiatif membuatnya, itu dosanya sangat besar. Ini menganggu pikiran saya, sehingga saya sampaikan kepada Pangkostrad, Alhamdulillah direspons positif," terang Azmyn.
Atas pernyataan Dudung dan AY Nasution itu, Gatot mengatakan sebagai institusi, semestinya Kostrad tidak bisa begitu saja melepas patung yang sudah disumbangkan ke Kostrad.
"Ya saya pikir bisa-bisa saja beralasan seperti itu. Tapi logika berpikir saya dan itu institusi, bahwa seseorang yang bertanggungjawab di institusi itu harus menjaga semua yang ada di institusi itu. Itu karena aset negara. Apalagi itu museum."
"Jadi, di museum itu, tidak bisa siapapun, saya nyumbang patung, nyumbang apapun di situ, setelah itu saya minta, tidak bisa seperti itu. Ada prosedurnya," kata Gatot dalam wawancara dengan Karni Ilyas, dikutip dari akun YouTube Karni Ilyas Club, Sabtu (2/10/2021).
Baca juga: Jawaban Menohok Pangkostrad kepada Gatot Soal Pembongkaran Patung Tokoh Militer dan Tudingan PKI
Gatot kembali menegaskan, pemimpin institusi wajib bertanggungjawab atas barang yang berada di institusinya.
"Tidak bisa tiba-tiba datang, alasan apapun terus dikasihkan," ujarnya.
Andaikan membolehkan patung itu dibawa, lanjut Gatot, semestinya dibuatkan replika terlebih dahulu.
"Tapi bolehlah kita berpikir positif bahwa sekarang pak Dudung sedang memesan replika patung yang lebih bagus dan lebih hidup, dan akan dipasang di situ," kata Gatot.
Terkait tudingan dirinya mencari panggung politik dengan memanfaatkan isu PKI di setiap bulan September, Gatot mengatakan hal itu adalah persepsi orang dan merupakan hal yang wajar.
"Saya pikir wajar saja orang berpersepsi, ada kepentingan politik untuk 2024. Orang berpersepsi dalam alam demokrasi ya wajar saja. Saya hormati pendapat itu, siapun," jelasnya.
(Tribunnews.com/Daryono)