Mengenal Desa Pandanrejo yang Tawarkan Pengalaman Wisata Unik Lewat Pengembangan Kambing Etawa
Desa Wisata Pandanrejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, merupakan satu dari 50 besar desa wisata terbaik ajang ADWI.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Desa Wisata Pandanrejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, merupakan satu dari 50 besar desa wisata terbaik ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, menilai Desa Wisata Pandanrejo memiliki potensi yang tinggi.
Sehingga dapat dimaksimalkan dengan memperkuat konten promosi desa.
Dengan harapan akan lebih banyak wisatawan yang datang dan berkunjung dan menggerakkan ekonomi serta membuka lapangan kerja.
"Salah satu konten promosi yang efektif adalah melalui konten digital. Saya titip konten-konten yang ada dapat diperkuat dan diunggah ke sosial media," kata Menparekraf Sandiaga Uno usai meresmikan Desa Wisata Pandanrejo sebagai salah satu dari 50 Desa Wisata Terbaik ADWI 2021, Selasa (12/10/2021).
Salah satu potensi yang dapat dipromosikan adalah pengembangan kambing Etawa khas Kaligesing yang sudah terkenal lama. Bahkan sejak masa kolonial Belanda tahun 1920.
Berbeda dengan kambing pada umumnya, kambing Etawa memiliki tubuh yang besar. Tak jarang kambing Etawa kerap dijadikan kontes selain pemanfaatan susunya yang dipercaya memiliki deretan khasiat.
Baca juga: Tawarkan Turis Asing yang Liburan ke Bali Karantina Living on Boat, Sandiaga: Bisa Sambil Diving
Inilah yang dapat dikembangkan untuk menjadi daya tarik bagi wisatawan melalui wisata edukasi. Karenanya, desa wisata Pandanrejo diharapkan menjadi tujuan destinasi wisata utama selain Borobudur.
"Desa Wisata Pandanrejo, dan Kabupaten Purworejo pada umumnya harus dapat menjadi penyangga pariwisata Borobudur dengan berbagai daya tariknya," kata Sandiaga.
Keberadaan kambing Etawa juga menjadi sumber kreativitas masyarakat setempat dalam mengembangkan seni budaya.
Misalnya dalam bentuk kesenian tari Incling Wedus yang menjadi daya tarik desa Pandanrejo sejak tahun 1930an.
Hanya di desa inilah wisatawan dapat menikmati suguhan tari Incling Wedus.
Tari ini sendiri merupakan tari kuda lumping dengan variasi kostum penari yang menyerupai kambing Etawa serta topeng yang berbentuk kepala kambing Etawa Kaligesing.
Tarian Incling Wedus ini merupakan contoh bahwa pelestarian kesenian dan kolaborasi terhadap warisan budaya kolonial Belanda masih dilestarikan hingga saat ini oleh para milenial desa Pandanrejo. Dari kolonial ke milenial.
Masyarakat setempat juga menghadirkan paket wisata edukasi Kambing Etawa Kaligesing. Yakni wisatawan dapat memerah dan meminum susu kambing Etawa, serta memberikan susu ke anak kambing.
Wisatawan yang tertarik mengetahui lebih jauh tentang kambing ini, juga bisa berkunjung ke Pasar Seton. Pasar ini menjadi lokasi transaksi jual-beli kambing peranakan Etawa sejak 1980-an.
Jual beli kambing peranakan Etawa di Pasar Seton kini telah menjadi budaya dan warisan turun-temurun. Dalam sekali gelaran Pasar Seton, bisa terkumpul 500 hingga 1.000 ekor kambing PE yang diperjualbelikan.
"Saya titip protokol kesehatan harus dijaga, sehingga desa wisata dapat memperkuat ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Desa wisata menjadi simbol kebangkitan ekonomi nasional," kata Sandiaga.
Desa wisata Pandanrejo juga memiliki deretan potensi wisata lainnya. Daya tarik alam misalnya, terdapat Gunung Gajah.
Wisatawan dapat menikmati keindahan lima gunung di Pulau Jawa yaitu Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Slamet melalui gardu pandang.
Baca juga: Mulai Besok Turis Asing Boleh Masuk Bali, Ini Persyaratannya Setiba di Bandara
Di desa ini juga terdapat Bukit Sebutrong, bukit batu yang berbentuk menyerupai gajah. Ia tersusun dari batuan kristal (watu lintang) dan batuan kapur (watu gamping).
Nama Sebutrong diambil dari kata “sebut rong” yang artinya banyak lubang. Hal ini dikarenakan bukit ini memiliki banyak lubang yang awalnya menjadi sarang landak.
Di sana pengunjung bisa melihat batu durian, mengecek ombak, melihat sunset dan sunrise serta menikmati suasana sejuk dengan balutan hutan pinus.
Di Desa Wisata Pandanrejo juga terdapat pasar kuliner Wiwit yang menyajikan berbagai produk-produk kuliner khas Desa Pandanrejo. Seperti dawet goreng, nasi bakar Gugah, nasi tumpeng Tiwul, dan lainnya. Juga produk kriya dari berbagai produk olahan kayu.