Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Yusril Ihza Mahendra Empat Kali Ditawari Jadi Hakim MK Oleh SBY

Yusril mengatakan dirinya pernah ditawari menjadi ketua MK oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika masih menjadi presiden, tapi dia menolak.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Yusril Ihza Mahendra Empat Kali Ditawari Jadi Hakim MK Oleh SBY
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Yusril Ihza Mahendra. 

Pengacaranya kubu KLB saya tidak tahu siapa, tapi saya dengar kubu AHY menunjuk Hamdan. Karena sudah disitu, tiba-tiba saya ditunjuk sebagai pengacara oleh empat orang ini mengajukan JR ke MA, ya wajar saja kalau Hamdan yang ditunjuk oleh Partai Demokrat, apalagi pertimbangannya kan beliau sudah sering menguji UU di MK. Jadi wajar dan saya nggak terkejut sama sekali, saya anggap biasa-biasa saja.

Apakah dalam menangani permohonan JR ini, Prof Yusril punya akses atau koneksi dengan Pak Moeldoko?

Pak Moeldoko sih saya kenal, kenal saja. Tapi saya tidak pernah mendapat kuasa dari beliau untuk menangani perkara ini, juga tidak pernah menyodorkan 'ini Pak Yusril ada empat orang tolong dibantu'. Jadi Pak Moeldoko sih tidak mempunyai peranan langsung dengan saya. Tetapi bahwa dibalik empat orang itu ada Pak Moeldoko ya bisa-bisa saja dan itu hak mereka, saya nggak mau mempersoalkan dan bertanya-tanya lebih jauh hal yang bersifat privasi klien.

Kalau bicara estimasi waktu, kapan kira-kira putusan ini bakal diputuskan oleh MA?
Biasanya MA memutus perkara JR dalam waktu tiga sampai empat bulan. Dan tidak pernah lewat sampai setengah tahun. Pengalaman saya nggak pernah, jadi sudah sering saya menguji peraturan perundang-undangan dibawah UU ke MA dan ya ada kalanya dikabulkan, ada kalanya ditolak. Biasa aja lah.

Makin terdorong untuk lebih cepat menyelesaikan perkara ini. Tapi siapa yang memeriksa, hakimnya siapa saya juga tidak tahu. Selama ini saya sering mengajukan JR ke MA, saya nggak pernah nanya siapa hakimnya segala macam, berkali-kali saya juga nggak kenal hakimnya siapa, nggak berurusan lah, dan saya nggak mau orang kira ada apa-apa.

Sindiran dari Jimly Assihiddiqie langsung dibalas Anda dengan menukik sampai ke filsafat hukum. Kok bisa kepikiran?

Waktu mahasiswa saya memang kuliah di dua fakultas, hukum dan ilmu budaya jurusan filsafat. Dua-duanya saya belajar betul dan sampai S3. Yang banyak orang tidak menyangka saya itu backgroundnya filsafat, politik juga sebenarnya. Jadi apa yang dipikirkan oleh yuris biasa itu akan dilihat lain oleh orang yang belajar filsafat, belajar filsafat itu ada manfaatnya juga.

Baca juga: Yusril: Sempat Ada Anggota DPR Fraksi Demokrat yang Hubungi Saya, Bagaimana Jika Abang Bantu Kami?

Berita Rekomendasi

Kubu sebelah menyatakan patut diduga Anda bekerja dengan adanya invisible power dibelakang. Bagaimana menanggapi itu?

Dibalik semua itu ada orang-orang yang sebenarnya punya kepentingan politik dengan hal ini, dan mereka barangkali mendorong empat orang ini supaya mengajukan JR ke MA dan meminta bantuan kepada saya itu mungkin saja. Dan saya tahu implikasi dari putusan nanti sekiranya dikabulkan itu tidak hanya yuridis tapi ke bidang politik. Sama ketika zaman pak SBY, saya menguji UU Kejaksaan, orang ketawa dan bilang ada-ada aja, lain yang gatal lain yang digaruk.

Dengan serangkaian kasus yang pernah ditangani, apakah kasus ini paling mengesankan?

Sebenarnya perkaranya biasa saja. Yang bikin ramai itu Jubir Partai Demokrat, para kadernya, komentar Benny K Harman, itu yang sebenarnya bikin ramai.  Mungkin ini jadi ramai karena saya dikuyo-kuyo itu, saya nggak tahu apakah Partai Demokrat diam-diam mau mempromosikan saya supaya tambah populer, barangkali begitu. Ya saya menikmati saja, dirumah saja istri saya senyum-senyum. 'kamu tiap hari digebukkin orang, mendingan kalau kamu dibayar Rp100 miliar'. Jadi ya kita nikmati saja. (Tribunnetwork/Vincentius Jyestha)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas