BMKG Sebut Indonesia Telah Masuki Periode La Nina, Luhut: Ini 'Wake Up Call' Untuk Kita
Luhut Binsar Pandjaitan mendorong seluruh Kementerian dan Lembaga untuk melakukan langkah antisipasi fenomena La Nina di Indonesia.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mendorong seluruh Kementerian dan Lembaga untuk melakukan langkah antisipasi fenomena La Nina di Indonesia.
Terutama Kementerian atau lembaga (K/L) yang berkaitan dengan adanya ancaman tersebut, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian ESDM khususnya Badan Geologi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Sosial, Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Baca juga: Antisipasi Dampak La Nina, Kementerian PUPR Segera Kosongkan 200 Lebih Bendungan di Indonesia
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan kepada Pemerintah maupun masyarakat, terkait fenomena La Nina di wilayah Indonesia.
La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi.
La Nina menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia terjadi, selain angin muson.
La Nina menjadikan awal musim hujan akan masuk lebih awal yakni pada September hingga November 2021. Dan puncaknya pada Januari-Februari 2022.
Baca juga: Indonesia Masuki Periode La Nina, Kepala BMKG Berikan Warning Kepada Pemerintah
"Deteksi BMKG menyimpulkan bahwa bencana La Nina lemah hingga moderat akan berdampak di Indonesia. Untuk itu harus diantisipasi dan disiapkan upaya mitigasi ini oleh semua pihak dan K/L terkait," ucap Luhut dalam Rakornas BMKG, Jumat (29/10/2021).
"Kementerian dan Lembaga tersebut harus bisa bersinergi untuk melakukan langkah-langkah pencegahan bencana dari hulu hingga hilir," sambungnya.
Luhut kembali melanjutkan, sinergi yang erat sangat penting untuk dilakukan, agar mampu mengatasi dengan baik apabila bencana tersebut terjadi secara tiba-tiba.
Tak hanya sampai di situ, simulasi penanganan bencana harus dilakukan agar dapat mengetahui instrumen untuk menguji tingkat pengetahuan, pemahaman, respon dan tindakan saat dan pasca terjadi bencana.
"Kita semua harus hati-hati, karena sudah ada peringatan dini. Dan akurasi BMKG dari waktu ke waktu makin hebat," papar Luhut.
"Kita semua harus mendengarkan wake up call ini," pungkasnya.