Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat: Kritik Relawan Tanpa Data Bisa Merugikan Publik

Karyono Wibowo mengatakan kritik dari pihak yang menyebut pendukung lama Presiden Jokowi harus murni untuk mengawal kepentingan visi dan misi presiden

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Pengamat: Kritik Relawan Tanpa Data Bisa Merugikan Publik
Tribunnews.com/ Fransiskus Adhiyuda
Pengamat politik Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute Karyono Wibowo mengatakan kritik dari pihak yang menyebut pendukung lama Presiden Jokowi harus murni untuk mengawal kepentingan visi dan misi presiden.

"Kritik yang disampaikan agar tujuannya untuk meluruskan, agar on the track, visi misi presiden seperti janjinya dulu," kata Karyono, Kamis (11/11/2021).

Karyono berujar, kritik harus proporsional, berbasis data, dan tidak tendensius jika terbukti ada kebijakan yang dinilai merugikan.

Jika kritik itu ingin menyelamatkan Jokowi agar visi misi presiden tetap berjalan untuk kepentingan masyarakat, menurutnya sah dan beralasan.

Namun, apabila kritik yang disampaikan para relawan hanya untuk menggeser menteri, kata Karyono, bisa disebut sebagai makelar.

"Tapi kalau di balik kritik untuk menggeser menteri, jadi makelar itu namanya. Itu kritik ala makelar, kritik itu harus murni," ungkap Karyono.

Baca juga: Harga Reagen Kit PCR Turun Jadi Rp 90 Ribu, Berikut Penjelasan Dirut Bio Farma

Karyono pun mengimbau, kritik yang disampaikan para relawan terhadap kebijakan pemerintah harus murni untuk kepentingan bangsa dan rakyat.

Berita Rekomendasi

"Jangan sampai kritik itu hanya bertujun untuk sengaja menyasar menteri, menggeser, dan kemudian memasukan orang lain. Itu makaler jabatan. Jangan seperti itu, karena nanti enggak objektif, ada motif dari kritik itu," ungkapnya.

Pengamat kebijakan publik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing mengatakan, tuduhan atas sejumlah menteri terlibat dalam bisnis PCR juga hanya membuat kegaduhan.

Baca juga: Bio Farma Sebut Harga Tes PCR Masih Bisa Turun Lagi di Bawah Tarif Saat Ini Rp 250 Ribu

"Kalau ada kekurangan dalam mengambil kebijakan yah dimaafkan, kalau memang harga itu Rp 275.000 karena disubsidi pemerintah atau bantuan pengusaha maka harus kita berterima kasih," kata Emrus.

Ia menegaskan, naik turunnya harga PCR itu tidak serta merta karena permainan harga oleh pihak-pihak tertentu.

Menurutnya, naik turunnya harga PCR bisa juga pengaruh dari nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Juga bisa disebabkan ketersediaan stok atau permintaan pasokan.

Bahkan, bila ada penurunan harga yang begitu jauh bisa juga karena subsidi dari pemerintah agar masyarakat bisa menjangkaunya.

Karena itu, tudingan ada main harga, cenderung tendensius.

Baca juga: Andre Rosiade Bongkar Modal Tes PCR di Bawah Rp 200 Ribu

"Bila marginnya dikatakan tidak masuk akal, bisa jadi Pemerintah mensubsidi PCR ini hingga harga terjun bebas," kata Emrus.

Kemenkes dan BPKP, diminta lebih terbuka lagi soal harga PCR ini, agar tidak ada isu liar yang bisa mengganggu kerja presiden dan para menterinya dalam penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi bangsa.

"Saran saya baiknya dua lembaga (Kemenkes dan BPKP) terbuka yah, soal pembelian bahan baku hingga harga bisa turun beberapa kali itu. Kita kan tidak tau, jangan-jangan Pemerintah yang subsidi maka harus kita syukuri, dan tidak ada bisnis disitu karena disubsidi tersebut," ucapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas