BPIP Resmikan Perpustakaan dan Klinik Pancasila di Lapas Se-Aceh, Tingkatkan Kualitas Warga Binaan
Kepala BPIP mengatakan, kalau warga binaan dapat memanfaatkan perpustakaan, niscaya akan memiliki jiwa baru plus dipandu keterampilan selama di bui.
TRIBUNNEWS.COM – Membaca merupakan sebuah mukjizat bermanfaat sepanjang zaman. Setidaknya, itulah yang dikatakan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi di Lapas Kelas IIB Meulaboh, Aceh Barat.
Yudian menambahkan, kalau warga binaan dapat memanfaatkan perpustakaan, niscaya akan memiliki jiwa baru plus dipandu keterampilan selama di bui.
Pernyataan itu diungkapkan saat Yudian memberikan sambutan dalam kegiatan peresmian Perpustakaan dan Klinik Pancasila Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan Kemenkumham Se-Aceh, Minggu (14/11/2021).
"Waktu kuliah, saya menerbitkan 53 buku. Produk itu lahir justru saat saya kesulitan ekonomi. Jadi, sungguh masa depan lebih baik dari permulaan," ungkapnya.
Menurut Yudian, penjara bukanlah akhir dari perjalanan hidup. Dirinya pun mencontohkan kisah Presiden Soekarno yang justru tambah rajin membaca buku dan Alquran saat berada di Penjara Banceuy, sel Lapas Sukamiskin, hingga beberapa tempat pengasingan.
"Dengan berbagai alasan, banyak tokoh di penjara sejak dahulu kala," ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut, Yudian pun turut menceritakan kisah keberhasilan orang-orang Aceh. Di antaranya yaitu tokoh guru besar yang dijadikan nama gedung Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yakni Prof. Dr. Tgk. M. Hasbi Ash Shiddieqy, nama Prof. Dr. H. Nourouzzaman Shiddiqi, M.A., serta Dr. Mr. H. Muhammad Hasan yang juga merupakan tokoh asli orang Aceh yang ikut turut aktif dalam menggagas ide rumusan Pancasila.
Selain itu, Yudian turut mengingatkan agar warga binaan hendaknya saling bergotong royong selama tinggal di lapas.
“Kalau ada yang sering dibesuk atau dikunjungi keluarga mereka saling membagi yang tidak pernah atau jarang di kunjungi. Hidup saling membantu dan saling meringankan, memanfaatkan waktu dengan kegiatan ketrampilan, berinovasi karya dan itulah wujud kegiatan Klinik Pancasila,” ujar Yudian.
Senada dengan itu, Bupati Aceh Barat Ramli MS yang hadir pada acara secara khusus mengingatkan bahwa tidak selamanya warga binaan itu salah karena masalah moralitas juga tergantung banyak hal.
Maka dari itu, Politisi Partai Aceh ini menyebut Perpustakaan Pancasila adalah metode luar biasa untuk membantu menyelesaikan kompleksitas masalah di Lapas.
"Untuk menghilangkan kejenuhan, kemalasan, balas dendam. Perpustakaan bisa mengubah pola pikir orang dalam Lapas. Ke depan, mari kita pikirkan lapangan kerja untuk warga binaan," ujar Ramli.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Aceh, Meurah Budiman yang hadir dalam kegiatan tersebut menjelaskan, terdapat 31 UPT Pemasyarakatan dan 3.600 Warga Binaan di Bumi Teuku Umar dengan mayoritas karena perkara narkoba yakni ganja dan sabu-sabu.
"Lapas Meulaboh bagus, dari security dan bangunan, pasca tsunami. Bagai Bintang Kejora dalam penanganan kasus narkoba. Secara umum, Lapas/Rutan se-Aceh sangat kondusif," ungkapnya.
Soal pembinaan warga binaan, Meurah mengajak peran serta semua pihak, bukan hanya jajaran PAS atau Kemenkumham.
"Saya mengapresiasi program Perpustakaan dan Klinik Pancasila. Untuk peningkatan kualitas SDM yang selama ini rutinitas pengamanan dan pembinaan," ujarnya.
Usai penandatanganan prasasti, Kepala BPIP Yudian Wahyudi beserta rombongan pun sempat masuk meninjau langsung Lapas Meulaboh. Mereka tampak terenyuh saat para warga binaan menyambut di dalam aula masjid dengan lantunan lagu religius.