Kemendikbudristek: Serangan Umum 1 Maret jadi Inspirasi Perjuangan Hadapi Pandemi Covid-19
Menurut Hilmar, banyak cara yang dilakukan oleh para pendahulu untuk menjaga kedaulatan Indonesia dari para penjajah.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan Serangan Umum 1 Maret 1949 menjadi gambaran perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan.
Menurut Hilmar, banyak cara yang dilakukan oleh para pendahulu untuk menjaga kedaulatan Indonesia dari para penjajah.
"Banyak hal yang bisa kita pelajari dari episode sejarah ini bahwa tekad untuk merdeka, tekad untuk menegakkan kedaulatan lebih dari segalanya. Cara bisa ditemukan dengan berbagai macam bentuk," ujar Hilmar dalam Seminar Nasional yang disiarkan channel Youtube Humas Jogja, Selasa (16/11/2021).
Hilmar mengatakan Serangan Umum 1 Maret 1949 memperlihatkan dengan daya juang yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Serta khususnya para pemimpin pada saat itu dalam menentukan jalannya sejarah.
Dirinya mengatakan daya juang para pendahulu seharusnya dapat diikuti oleh segenap masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19.
"Tentu hari ini kita mendapat pelajaran berharga, mendapat begitu banyak tantangan dari pandemi dan juga berbagai macam bentuk tantangan lain," kata Hilmar.
Baca juga: Moeldoko Bicara Kedaulatan Digital di Indonesia
"Daya juang yang sama inilah yang diharapkan ada pada kita yang hidup hari ini untuk mengisi, mempertahankan kemerdekaan, dan juga membangun negeri ini menjadi maju seperti yang tertera di dalam Pembukaan UUD 1945," tambah Hilmar.
Hilmar mengungkapkan Serangan Umum 1 Maret 1949 terjadi saat Indonesia berada di bawah tekanan Belanda yang melancarkan agresi.
"Para pejuang pada masa itu menyadari betul, salah satu kunci keberhasilan untuk mempertahankan republik adalah dengan menyatakan kehadirannya di tingkat internasional," ungkap Hilmar.
Menurutnya, itu terlihat dari langkah yang dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada saat itu.
Berdasarkan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Hilmar melihat dampak yang sangat besar, baik secara militer maupun secara politik.
Kerugian materiil terjadi di kedua belah pihak, tapi tujuan utama untuk menyatakan kehadiran Republik Indonesia di mata internasional berhasil.