Rekam Jejak Jenderal Dudung yang Baru Dilantik Jadi KSAD: Bangun Patung Soekarno hingga Melawan FPI
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melantik Letjen Dudung Abdurachman sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melantik Letjen Dudung Abdurachman sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Dudung resmi menggantikan Andika Perkasa yang kini menjabat Panglima TNI.
Pelantikan digelar di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/11/2021).
Hadir dalam pelantikan Wakil Presiden Ma'ruf Amin hingga Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri.
Pelantikan Dudung ini dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden No 107/TNI/Tahun 2021 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala Staf Angkatan Darat.
Lalu, seperti apa perjalanan atau sepak terjang KSAD Dudung Abdurachman?
Pernah jadi loper koran dan penjual kue
Dilansir dari Kompas.com, Rabu (17/11/2021), Dudung Abdurachman lahir di Bandung, Jawa Barat pada 16 November 1965.
Saat remaja, sang ayah meninggal dunia saat dia masih duduk di bangku SMP pada 1981. Dia pun membantu ibu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Dudung saat itu menjadi loper koran. Sejak pukul 4 pagi, ia dengan semangat mengayuh sepeda, mengantarkan informasi terbaru dari surat kabar yang dibawanya ke rumah-rumah.
Baca juga: Jenderal Andika Resmi Dilantik Jadi Panglima TNI, Pengamat: 8 Fokusnya Bisa Bawa Perubahan Positif
Setelah itu, dia membantu ibunya menjajakan kue klepon di lingkungan Kodam III/Siliwangi, Jawa Barat.
Lantaran sering menjajakan kue, hal itu membuat Dudung dikenal oleh tentara yang berjaga di pintu, dan ia diperbolehkan masuk sekadar melihat-lihat ruangan para tentara.
Suatu hari, tentara yang merupakan penjaga baru belum mengenal Dudung. Tentara itu jengkel karena Dudung masuk tanpa lapor. Saat itulah, muncul keinginan Dudung menjadi perwira tinggi.
"Awas nanti saya bilang, saya jadi perwira nanti," ujar Dudung ketika itu.
Perjalanan karier
Dudung harus memilih antara melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi untuk menjadi insinyur atau mengejar cita-cita menjadi perwira lewat Akademi Militer (Akmil) setelah lulus dari sekolah menengah atas (SMA).
Akhirnya, dia membulatkan tekad untuk menempuh pendidikan di Akademi Militer.
Dudung lulus dari Akademi Militer pada 1988 dari kecabangan infanteri.
Karier Dudung di bidang militer sangat cemerlang. Berbagai jabatan pernah dilakoni oleh Dudung, yakni menjabat sebagai Aspers Kasdam VII/Wirabuana pada 2010-2011.
Kemudian, Danrindam II/Sriwijaya tahun 2011, Wagub Akmil pada 2015 hingga 2016, serta Staf Khusus KSAD pada 2016 hingga 2017.
Lalu, Waaster KSAD pada 2017 hingga 2018, Gubernur Akmil pada 2018 hingga 2020, sampai akhirnya menjabat sebagai Pangdam Jaya. Dia dilantik pada 27 Juli 2020.
Kini, Dudung menjabat sebagai KSAD yang baru, menggantikan KSAD sebelumnya yang merupakan Panglima TNI terpilih, Jenderal Andika Perkasa.
Bangun patung Soekarno di Akademi Militer
Patung Soekarno di Akademi Militer Magelang dibangun di era Dudung menjadi Gubernur Akmil.
Kala itu, Gubernur Akmil Mayjen TNI Dudung Abdurrahman mengatakan, patung Soekarno di Akmil sebagai simbol untuk menghormati dan mengabadikan perjalanan perjuangan bersejarah Sang Proklamator.
Selain itu, dijadikan panutan teladan bagi taruna-taruni sebagai calon pimpinan TNI Angkatan Darat dan TNI masa depan.
"Sehingga, para taruna-taruni akan tahu tokoh nasional, betul-betul berjuang dan bertekad untuk mempersiapkan para penerus bangsa di masa yang akan datang," kata Dudung.
Patung itu sendiri diresmikan Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri.
Megawati didampingi putrinya, yang juga Ketua DPR RI, Puan Maharani dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Sebelum itu, mereka dan semua tamu undangan menyaksikan sosiodrama sejarah berdirinya Akademi Militer Nasional (AMN) menjadi Akmil.
Menurut Megawati, patung Soekarno adalah hal yang paling dinantikan keluarga besar karena kerap ditanyakan oleh anak cucu Soekarno.
Terlebih lagi, Soekarno adalah pendiri AMN sebelum kemudian berganti menjadi Akmil.
"Tidak terasa akhirnya waktu yang begitu lama ditunggu oleh keluarga. Bung Karno sudah punya anak, cucu, sering kali menanyakan, 'Kakek itu dulu mendirikan Akademi Militer'. Tentu saya ditanya, 'Ada enggak patungnya?' Tidak ada," tutur Megawati.
Megawati mengemukakan, generasi saat ini hampir melupakan sejarah. Padahal, sejarah amat penting dan menunjukkan jati diri bangsa.
"Jadi sebenarnya, kita sebagai bangsa, menurut saya, sudah hampir melupakan sejarah, padahal kita tahu bahwa sejarah ini, pun di dunia, sangat penting untuk menunjukkan yang namanya kita sebagai warga bangsa," katanya.
Megawati menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada Akmil yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk membuat patung Sang Proklamator yang tidak lain adalah ayahnya.
"Alhamdulillah pada hari ini dan telah kira-kira dua bulan ya. Kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah menyumbangkan pikiran maupun tenaga, akhirnya berhasilnya patung ini," tuturnya.
Lawan dan copot baliho FPI
Setelah menjadi Gubernur Akmil, Dudung didapuk sebagai Pangdam Jaya.
Dudung saat itu menjadi pioneer pada aksi penurunan baliho milik Rizieq Shihab pada 2020.
Penurunan baliho itu dilakukan karena dipasang tanpa izin.
Namun, FPI justru kembali memasang baliho-baliho tersebut.
Akhirnya hal ini memicu TNI untuk turun tangan.
"Ini negara negara hukum, harus taat kepada hukum, kalau masang baliho itu udah jelas ada aturannya, ada bayar pajaknya, tempatnya sudah ditentukan, jangan seenaknya sendiri, seakan akan dia paling benar, enggak ada itu," kata Dudung dikutip Kompas.com, Rabu (17/11/2021).
Para prajurit Kodam Jaya pun langsung bergerak ke sejumlah penjuru Jakarta untuk melanjutkan operasi penurunan baliho Rizieq dan FPI.
Tak hanya itu, dalam pidatonya saat memimpin apel pencopotan spanduk Rizieq, Dudung pun sempat mengusulkan agar organisasi FPI dibubarkan saja.
"Kalau perlu FPI bubarkan saja itu. Bubarkan saja. Kalau coba-coba dengan TNI, mari. Sekarang kok mereka ini seperti yang ngatur, suka-sukanya sendiri," kata Dudung.
Dengan lantang, Dudung mengingatkan FPI untuk tidak mengganggu keharmonisan masyarakat Jakarta.
Tidak lama setelah pernyataan Dudung itu, pemerintah pun secara resmi membubarkan FPI.
Saat ini, Rizieq Shihab tengah diproses hukum atas kasus kerumunan yang ditimbulkannya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.