Tutup LKTI Mahasiswa PTK Katolik, Menteri Agama: Jadilah Pelopor Moderasi Beragama di Dunia Akademik
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan, sangat mengapresiasi kegiatan lomba karya tulis ilmiah (LKTI) mahasiswa
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan, sangat mengapresiasi kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) mahasiswa perguruan tinggi keagamaan (PTK) Katolik tingkat nasional.
Terlebih, Yaqut menyebut lomba yang turut melibatkan 71 mahasiswa dari 21 PTK di Indonesia ini berhasil diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik.
Ada pun tema karya tulis ini adalah Moderasi Beragama dengan 4 sub tema yaitu, Akomodatif terhadap budaya lokal, Antikekerasan, Komitmen Kebangsaan dan Toleransi.
Hal itu disampaikan Yaqut melalui teks sambutan yang dibacakan oleh Staf Ahli Bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi Albertus M Adiyarto Sumardjono dalam acara penutupan LKTI Mahasiswa PTK Katolik di Aryaduta Hotel, Jakarta, Selasa (16/11/2021) malam.
"Ini merupakan terobosan baru dalam sejarah Dirjen Bimas Katolik," kata Yaqut.
Yaqut menyampaikan, bahwa penguatan moderasi beragama merupakan hal yang sangat urgent untuk diwujudkan.
Baca juga: DPP Persadha Nusantara Ajak Semua Pihak Sudahi Polemik Pernyataan Menag Yaqut Cholil
Menurutnya, cara beragama harus dikembalikan ke jalan tengah, dimana jalan yang mengedepankan esensi agama yaitu jalan memanusiakan-manusia.
"Jalan moderasi beragama adalah jalan menyatukan kemanusiaan kita buka memecah-mecah umat manusia," ujarnya.
Yaqut, kata Adiyarto, juga menjelaskan apa itu moderasi beragama? Moderasi beragam adalah cara beragama jalan tengah sesuai makna kata moderasi sendiri.
Pasalnya, dengan moderasi beragama sesorang tidak ekstrim dan tidak berlebih-lebihanan saat menjalankan ajaran agamannya.
Dimana, tujuan moderasi beragama adalah untuk menengahi serta mengajak dua kutub ekstrim beragama untuk bergerak ke tengah, kembali pada esensi agama yaitu memanusiakan manusia.
Baca juga: Kemenag Gandeng Pergunu Kuatkan Moderasi Beragama
"Memanusian manusia berarti menerima kemanusiaan orang lain sebagai ciptaan Tuhan setiap agama mengajarakan bahwa manusia di ciptakan baik adanya, untuk hidup di dunia ini. Kita diajarkan mengasihi Allah yang tidak keliatan lewat mahkluknya yang keliatan," kata Yaqut.
Lebih lanjut, Yaqut mengatakan, kasih sayang kepada sesama merupakan tanggung jawab bersama sejak dilahirkan di dunia ini.