Jaringan Bela Negara Dorong Sosial Engineering Menuju Kemakmuran
Dalam perspektif masyarakat Bela Negara sering dipandang sebuah nilai dan cara bertindak berkonotasi militer, dan mempunyai relevansi yang kuat teruta
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam perspektif masyarakat Bela Negara sering dipandang sebuah nilai dan cara bertindak berkonotasi militer, dan mempunyai relevansi yang kuat terutama dalam pilar asta gatra pertahanan.
Sementara cara pandang dan pengaturan yang mencakup segala aspek kehidupan bangsa Indonesia terdiri dari Asta Gatra yaitu Tri Gatra (tiga aspek alamiah) dan panca gatra (lima aspek sosial).
Dengan demikian pilar pertahanan hanya satu aspek dan tujuh aspek lainnya seperti SDA, Penduduk, Idiologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Keamanan dan Iptek juga merupakan cakupan Bela Negara.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan, kekuatan asta gatra sangat perlu sebagai pengikat antara gatra satu dengan yang lainnya.
"Diperlukan sebuah perekat dalam bentuk jaringan (network) Bela Negara. Sebagai objek adalah warga negara secara konstitusi sudah termaktub dalam UUD 1945 bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut dalam upaya bela negara," ujar Taufik Bawazir, Sabtu (20/11/2021).
Dalam framework ini, tambah Taufik Bawazir, target strategis adalah kemakmuran warga negara dan diperlukan sebuah desain teknik sosial (sosial engiineering) yang meresap dalam mewujudkan sebuah kemakmuran dalam setiap lapisan masyarakat dengan kemampuan yang hadir dari masyarakat dan berproduksi dalam masyarakat.
Taufik Bawazir menilai kemakmuran sendiri akan tercipta dengan ekosistem produksi dan untuk berproduksi diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurutnya, dari yang paling sederhana hingga yang tercanggih dalam memenuhi kemampuan produksi tentu hal ini diperlukan sebuah jaringan yang kuat dan muncul dari budaya serta pendidikan masyarakat dalam mengadopsi ilmu pengetahuan dan mengembangkan inovasi inovasi yang relevan berbasis local wisdom.
"Jaringan ini akan semakin kuat jika ekosistem pasar juga diciptakan untuk mendukung pola produksi yang muncul. Disinilah Jaringan Bela Negara (JBN) hadir," kata Ketua Umum JBN RI Tigor Mulo Horas Sinaga.
Secara gradual, kata Tigor, konsepsi bela negara akan menitik beratkan bukan hanya pada astra gatra pertahanan tetapi terdispersi ke seluruh Asta Gatra sehingga muncul ketahanan nasional disinilah baru dapat dikatakan Negara Kuat.
Saat ini JBN sudah terbentuk network petani kota, recling plastik dengan mesin-mesin hasil karya anggota JBN yaitu mesin dalang yang mendisain pemulung menjadi wirausaha baru, petani rempah dan herbal yang terkoneksi dengan industri farmasi dan jaringan peneliti dan fungsi sosial kalangan praktisi, teoritis sudah menaruh minatnya bergabung dalam Jaringan Bela Negara.
"Upaya upaya strategis ini terus dikembangkan oleh JBN semua menjadi ownership semua punya hak dalam kemakmuran bersama dengan inovasi sosial terus berkembang," tuturnya.
Tigor mencontohkan, sosok inspiratif inovator Jaringan Bela Negara Sukiat dengan profesionalismenya mampu menghadirkan mobil nasional Esemka dan mobil multiguna (Amdes) untuk pertanian dan perkebunan juga air bersih terus memberikan sharing knowladge kepada Jaringan Bela Negara.
Demikian juga sosok Taufik Bawazier merupakan inisiator yang merangkul dan merangkai JBN menjadi social engenering menuju kemakmuran.
"Dalam konsep yang lain tentunya sangat terbuka, jaringan bela negara akan hadir dalam ekonomi digital dengan didukung anak-anak milenial. Semua didedikasikan untuk Bela Negara menuju kemakmuran bersama," kata Tigor.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.