Sejarah Singkat PGRI dan Link Twibbon untuk Peringati Hari Guru Nasional 25 November
Berikut sejarah berdirinya PGRI dan link twibbon untuk memperingati Hari Guru Nasional yang jatuh tiap 25 November 2021.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Inza Maliana
TRIBUNNEWS.COM - Berikut adalah sejarah dan link twibbon untuk memperingati Hari Guru Nasional.
Hari Guru Nasional jatuh pada 25 November tiap tahunnya dan sekaligus memperingati berdirinya PGRI ke-76.
Para guru di Indonesia bernaung pada sebuah organisasi yang dinamakan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Sebelum bernama PGRI, organisasi tersebut bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) pada 1912.
Baca juga: Kumpulan Ucapan Selamat Hari Guru Nasional 25 November 2021 dalam Bahasa Indonesia dan Inggris
Baca juga: PGRI: Banyak Masalah Dalam Implementasi Program Guru Penggerak
Setelah itu pada 25 November 1945, PGRI pun menjadi nama organisasi hingga sekarang lewat sebuah kongres di Surakarta.
Berikut sejarah singkat berdirinya PGRI seperti dikutip dari pgririau.or.id.
Sejarah PGRI
PGRI berawal dari adanya sebuah organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda yang berdiri pada tahun 1912 bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
Organisasi tersebut bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para guru bantu, guru desa, kepala sekola, dan pemilik sekolah.
Para anggota umumnya bertugas di sekolah desa dan sekolah rakyat angka dua.
Kesulitan dalam memperjuangkan nasib para anggotanya pun dirasakan oleh PGHB sehingga berkembanglah organisasi guru baru.
Organisasi tersebut antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), dan Hogere Kweekschool Bond (HKSB).
Selain itu adapula organisasi guru yang bercorak keagamaan seperti Christelijke Onderwijes Vereneging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneging Van Muloleerkrachten (VNM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG).
Akibat kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan maka para guru memperjuankgan persamaan hak dan posisi terhadap pihak Belanda.