Ini Penyebab Masyarakat Perkotaan Enggan Vaksinasi Covid-19
Ketua Yayasan Sinergi Vaksinasi Merdeka Devie Rahmawati mengungkap, beredarnya hoaks tak melulu jadi hambatan masyarakat di kota besar enggan untuk
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Yayasan Sinergi Vaksinasi Merdeka Devie Rahmawati mengungkap, beredarnya hoaks tak melulu jadi hambatan masyarakat di kota besar enggan untuk menerima vaksin Covid-19.
"Isu bahwa masyarakat enggan vaksin karena misalnya urusan ideologis itu padahal tidak sama sekali. Keengganan masyarakat di Jakarta dan daerah penyangga untuk vaksinasi Covid-19 terkait persoalan teknis," ujarnya dalam kegiatan virtual dialoag KCPEN, Rabu (24/11/2021).
Menurut Devie, berdasarkan pengamatan yang dilakukan pihaknya, masyarakat di kota besar enggan pergi ke sentra vaksinasi karena persoalan teknis.
Seperti tidak memiliki kendaraan untuk mengakses sentra vaksinasi serta keseharian masyarakat adalah pekerja harian.
"Ketika sebuah lokasi vaksinasi itu terpusat maka yang terjadi adalah semua orang menuju di sana lalu muncul antrian ketika antri berarti kan butuh waktu lebih lama untuk bisa mendapatkan kesempatan divaksin bagi saudara-saudara kita yang memiliki pendapatan harian ini tentu saja menyulitkan," jelas Devie.
Baca juga: Warga Antusias Ikuti Vaksinasi Massal yang Digelar BIN Jatim di Pamekasan dan Trenggalek
Untuk itulah, diperlukan strategi yang dapat memudahkan masyarakat menerima vaksinasi Covid-19.
Bekerjasama dengan Polri, stakeholder, sektor swasta lain, Yayasan Sinergi Vaksinasi Merdeka membuat sentra vaksinasi yang dekat dengan masyarakat.
Seperti di lokasi pos kamling maupun rumah tokoh masyarakat.
"Sehingga hambatan ongkos untuk ke tempat vaksinasi lalu belum lagi kena antrian lama harus beli makanan lalu kemudian yang ketiga harus kehilangan waktu untuk memperoleh pendapatan itu semua bisa diatasi," ungkap dia.
Melalui strategi ini juga diharapkan dapat mengindentifikasi setiap wilayah siapa saja warga yang tidak mau divaksinasi.
"Kalau sudah tahu ada yang tidak mau pasien kami lebih mudah melakukan komunikasi sosial untuk mengatasinya," kata Devie.