Erupsi Gunung Semeru 2021 Berbeda dengan Letusan Merapi 11 Tahun Silam, Ini Kata Mbah Rono
Erupsi unung Semeru yang terjadi pada awal Desember 2021 berbeda dengan erupsi Merapi 11 tahun silam.Ahli Vulkanologi Surono berikan penjelasan.
Editor: Anita K Wardhani
"Nah, gejala-gejala ini yang perlu dicermati kalau ada akumulasi kubah selama proses satu dua tahun sebelumnya dalam jumlah yang besar dan belakangan jumlahnya meningkat karena hujan deras, maka potensi erupsi bisa terjadi," jelas Eko.
"Seperti halnya yang terjadi pada Desember tahun lalu dan sekarang terjadi lagi, tapi dengan jumlah volume yang berbeda."
Dijelaskan Eko, tanda-tanda yang bisa dilihat adalah proses magmatisme, yakni perubahan di medan magma yang menginformasikan status gunung api ada di level normal, waspada, atau siaga.
"Sementara jika proses erupsi sekunder, gejalanya di guguran atau deformasinya," terang Eko.
Eko mengaku tidak tahu persis bagaimana gejala yang ditunjukkan guguran atau deformasi Gunung Semeru.
Namun dia berkata, meski tidak terlihat, sebenarnya alam sudah memberikan tanda-tanda.
"Seperti kalau gunung api sudah memiliki banyak material dan hujan intensif, maka itu sudah jadi warning dari alam sebenarnya," imbuh dia.
"Karena sebenarnya enggak ada erupsi saat musim kemarau untuk erupsi sekunder."
Dikatakan Eko, erupsi sekunder bisa disebabkan oleh hujan dengan intensitas tinggi pada hari-hari sebelumnya atau di hari saat meletus.
(Kompas.com/Gloria Setyvani Putri/Deti Mega Purnamasari)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mbah Rono: Erupsi Gunung Semeru Tidak Seperti Letusan Merapi Tahun 2010", dan Ahli Kebencanaan: Sebenarnya Alam Memberi Tanda Semeru Akan Meletus",